Social Icons

Pages

Rabu, 16 Oktober 2013

Penggunaan Pakan Secara Efisien Pada Pembesaran Lele Dumbo




1.1.     Latar Belakang
Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sangat digemari oleh masyarakat. Ikan lele merupakan komoditas yang dapat dipelihara dengan padat tebar tinggi dalam lahan terbatas (hemat lahan) di kawasan marginal dan hemat air. Pengembangan usaha lele dapat dilakukan mulai dari usaha benih sampai dengan ukuran konsumsi yang dapat menguntungkan pada setiap segmennya
lele yang memiliki nama ilmiah Clarias sp ini perkembangan produksinya secara nasional sangat baik. Selama lima tahun terakhir produksi lele terus meningkat. Pada tahun 2005 produksi nasional ikan lele sebesar 69,386 ton, tahun 2006 sebesar 77,332 ton, tahun 2007 sebesar 91,735 lalu tahun 2008 meningkat menjadi 114,371 ton dan pada tahun 2009 terus meningkat menjadi 144,755. Tahun 2010, angka sementara yang dipublikasikan produksi ikan lele dari hasil budidaya sebesar 273.554 ton.
Dalam budidaya perikanan, pakan (makanan) merupakan faktor penting dikarenakan beberapa hal. Salah satunya adalah fungsi pakan untuk memacu pertumbuhan organisme budidaya dengan pemberian pakan yang bergizi, tepat waktu dan dosis yang cukup.
pakan merupakan komponen biaya produksi terbesar dalam budidaya ikan lele secara intensif. Kebutuhan pakan mutlak mengandalkan pakan buatan pabrik (pelet). Pakan buatan pabrik lebih terjamin kualitasnya serta kandungan nutrisinya lengkap. Hal yang perlu dipertimbangkan dalam penggunaan pelet sebagai pakan adalah harganya yang relatif tinggi. Penyebabnya adalah bahan utama pelet, seperti tepung ikan, masih diimpor meskipun sudah bisa diproduksi dalam negeri.
Karena itu, manajemen (pengelolaan) pakan sangat penting dalam budidaya ikan lele, bukan saja karena merupakan bagian dari sistem produksi yang menyedot biaya terbesar, melainkan juga sangat berpengaruh terhadap kualitas air dan lingkungan sekitarnya. Pengelolaan pakan yang tidak tepat dapat menyebabkan usaha tidak ekonomis bahkan cenderung rugi sehingga perlu manajemen terhadap pakan tersebut dengan baik. Manajemen pakan terdiri dari memilih merek atau membuat pakan yang akan digunakan, mengadakan, menyimpan serta prosedur pemberiannya yang benar kepada biota budidaya pada waktu yang tepat dan takaran yang benar.

2.1. Biologi Ikan Lele Dumbo
2.1.1 Klasifikasi Ikan Lele Dumbo
taksonomi ikan lele sebagai berikut :
Kingdom          :  Animalia
Sub-kingdom  :  Metazoa
Phyllum           :  Chordata
Sub-Phyllum   :  Vertebrata
Klas                 :  Actinoptenygii
Sub klas          :  Teleostei
Ordo                :  Ostariophysi
Sub-Ordo        :  Silaroidae
Famili              :  Clariidae
Genus             :  Clarias
Spesies           :  Clarias gariepinus
           
berdasarkan bentuk tubuh dan sifat-sifatnya, ikan lele diklasifikasikan dalam satu tata nama sehingga memudahkan dalam identifikasi. Tata nama dalam klasifikasi yang didasarkan ilmu taksonomi tersebut biasanya menggunakan bahasa latin. Dalam klasifikasi ini, ikan lele termasuk famili claridae, yaitu jenis ikan yang mempunyai bentuk kepala gepeng dan mempunyai alat pernapasan tambahan.
2.1.2. Morfologi Ikan Lele Dumbo
          ikan lele secara umum memiliki tubuh yang licin, berlendir, tidak bersisik dan bersungut atau berkumis. Secara anatomi dan morfologi lele terbagi atas 3 bagian. Berikut uraian masing-masing bagiannya:
a.      Kepala
Lele memiliki kepala yang panjang hampir mencapai seperempat dari panjang tubuhnya. Kepala lele pipih kebawah (depressed). Bagian atas dan bawah kepalanya tertutup oleh tulang pelat. Tulang pelat ini memiliki ruang rongga di atas insang. Ruangan inilah terdapat alat pernafasan tambahan lele berupa labirin. Mulut lele terletak pada ujung moncong (terminal) dengan dihiasi 4 sungut (kumis). Mulut lele dilengkapi dengan gigi, gigi nyata, atau hanya berupa permukaan kasar dimulut bagian depan.
Mata lele berbentuk kecil dengan tepi oriantal yang bebas. Matanya latero-leteral atau di permukaan dorsal tubuh yang dapat mengenali warna. Untuk memfokuskan pandangan, lensa mata dapat bergerak keluar-masuk. Ikan lele memiliki sepasang lubang hidung (notrils) yang berfungsi sebagai mendeteksi bau dan sangat sensitif.
b.      Badan
Ikan lele mempunyai bantuk badan yang berbeda dengan jenis ikan lainnya, seperti tawes, mas ataupun gurami. Ikan lele mempunyai bentuk tubuh yang memanjang, agak bulat dan tidak bersisik. Warna tubuhnya kelabu sampai hitam. Badan lele pada bagian tengahnya mempunyai potongan membulat. Sementara itu, bagian belakang tubuhnya berbentuk pipih kesamping (compressed). Dengan demikian, ada tiga bentuk tubuh potongan melintang pada ikan lele, yaitu pipih ke bawah, bulat, dan pipih kesamping.
c.      Ekor
Sirip ekor lele membulat dan tidak bergabung dengan sirip punggung maupun sirip anal. Sirip ekor berfungsi untuk bergerak maju. Sementara itu, sirip perut membulat dan memanjang mencapai sirip anal. Sirip dada lele dilengkapi sepasang duri tajam yang umunya disebut patil yang berfungsi untuk membela diri dari pengaruh luar yang mengganggunya dan untuk membantu melompat keluar dari air dan melarikan diri. Dengan menggunakan patil, lele dapat berjalan di darat tanpa air cukup lama dan cukup jauh.
2.1.3. Habitat dan Tingkah Laku
Habitat atau lingkungan hidup lele banyak ditemukan diperairan air tawar, di dataran rendah sampai sedikit payau. Untuk perairan sedikit payau, banyak warga pantura jawa, seperti kendal, jawa tengah, memanfaatkan bekas tambak untuk pembesaraan lele dumbo. Di alam, ikan lele hidup di sungai-sungai yang arusnya mengalir secara perlahan atau lambat, danau, waduk, telaga, rawa, serta genangan air tawar lainnya, seperti kolam. Karena lebih menyukai perairan yang tenang, tepian dangkal, dan terlindung, ikan lele memiliki kebiasaan membuat atau menempati lubang-lubang di tepi sungai atau kolam.
Lele jarang menampakkan aktivitasnya pada siang hari dan lebih menyukai tempat gelap, agak dalam dan teduh. Hal ini bisa dimengerti karena lele adalah binatang nokturnal, yaitu mempunyai kecenderungan beraktifitas dan mencari makan pada malam hari. Pada siang hari, ikan lele memilih berdiam diri atau berlindung di tempat-tempat yang gelap. Akan tetapi pada kolam pemeliharaan, terutama budidaya secara intensif, lele dapat dibiasakan diberi pakan pelet pada pagi atau siang hari walaupun nafsu makannya tetap lebih tinggi jika diberikan pada malam hari.
Ikan lele relatif tahan terhadap kondisi lingkungan yang kualitas airnya jelek. Pada kondisi kolam dengan padat penebaran yang tinggi dan kandungan oksigennya sangat minim pun, lele masih dapat bertahan hidup. Namun, pertumbuhan dan perkembangan ikan lele bakal lebih cepat dan sehat jika dipelihara dari sumber air yang cukup bersih, seperti air sungai, mata air, saluran irigasi, ataupun air sumur
2.1.4. Kebiasaan Makan
Lele mempunyai kebiasaan makan di dasar perairan atau kolam (bottom feeder). Berdasarkan jenis pakannya, lele digolongkan sebagai ikan yang bersifat karnivora (pemakan daging). Di habitat aslinya, lele memakan cacing, siput air, belatung, laron, jentik-jentik serangga, kutu air, dan larva serangga air. Karena bersifat karnivora, pakan tambahan yang baik untuk lele adalah yang banyak mengandung protein hewani. Jika pakan yang diberikan banyak protein nabati, pertumbuhannya lambat.
Lele bersifat kanibalisme, yaitu sifat suka memangsa jenisnya sendiri. Jika kekurangan pakan, lele tidak segan-segan memangsa kawannya sendiri yang berukuran lebih kecil. Oleh karena itu, jangan sampai terlambat memberinya makan. Sifat kanibalisme juga ditimbulkan oleh adanya perbedaan ukuran. Lele yang berukuran besar akan memangsa ikan lele yang berukuran kecil.

2.2. Persyaratan Lokasi
Adapun persyaratan yang harus dipenuhi agar budidaya ikan lele ini mendapatkan hasil yang maksimal dan dengan kualitas yang optimal adalah sebagai berikut :
1.    Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat / lempung, tidak berporus, berlumpur dan subur. Lahan yang dapat digunakan untuk budidaya lele dapat berupa: sawah, kecomberan, kolam pekarangan, kolam kebun, dan blumbang.
2.    Ikan lele hidup dengan baik di daerah dataran rendah sampai daerah yang tingginya maksimal 700 m dpl.
3.    Elevasi tanah dari permukaan sumber air dan kolam adalah 5 - 10%.
4.    Lokasi untuk pembuatan kolam harus berhubungan langsung atau dekat dengan sumber air dan tidak dekat dengan jalan raya.
5.    Lokasi untuk pembuatan kolam hendaknya di tempat yang teduh, tetapi tidak berada di bawah pohon yang daunnya mudah rontok.
6.    Ikan lele dapat hidup pada suhu 200 C, dengan suhu optimal antara  250 - 280 C. Sedangkan untuk pertumbuhan larva diperlukan kisaran suhu antara 26 - 300 C dan untuk pemijahan 240  -  280 C.
7.    Ikan lele dapat hidup dalam perairan agak tenang dan kedalamannya cukup, sekalipun kondisi airnya jelek, keruh, kotor dan miskin zat O2.
8.    Perairan tidak boleh tercemar oleh bahan kimia, limbah industri, merkuri, atau mengandung kadar minyak atau bahan lainnya yang dapat mematikan ikan.
9.    Perairan yang banyak mengandung zat-zat yang dibutuhkan ikan dan bahan makanan alami. Perairan tersebut bukan perairan yang rawan banjir.
10.  Permukaan perairan tidak boleh tertutup rapat oleh sampah atau daun- daunan hidup, seperti enceng gondok.
11.  Mempunyai pH 6,5 – 9; kesadahan (derajat butiran kasar ) maksimal 100 ppm dan optimal 50 ppm; turbidity (kekeruhan) bukan lumpur antara 30 – 60 cm; kebutuhan O2  optimal pada range yang cukup lebar, dari 0,3 ppm untuk yang dewasa sampai jenuh untuk burayak; dan kandungan CO2 kurang dari 12,8 mg/liter, amonium terikat 147,29 -157,56 mg/liter.

2.3. Teknis Kegiatan Pembesaran
Tahap pembesaran dimaksudkan untuk membesarkan lele tanggung hasil pendederan hingga menjadi lele yang siap dikonsumsi. Jika tidak melakukan pembenihan sendiri, benih lele dapat dibeli di pusat-pusat pembenihan, misalnya Balai Benih Ikan atau para pembenih.
Seperti untuk kolam pembesaran ikan konsumsi lainnya, kolam pembesaran lele dapat menggunakan kolam berdinding tembok atau kolam tanah. Ukuran yang biasa digunakan antara 200 - 500 m2. Atau dapat menggunakan kolam pekarangan di sekitar rumah, dengan kedalaman air dari dasar hingga permukaan minimal 100 cm
2.3.1. Pengolahan Tanah Dasar
pengolahan dasar kolam dapat dilakukan dengan dibajak atau dicangkul atau dapat pula menggunakan hand traktor. Setelah pengolahan dasar selesai, selanjutnya buatkan kemalir di tengah kolam berukuran lebar 20 - 25 cm, dalamnya tidak kurang dari 20 cm. Kemudian dijemur di bawah sinar matahari selama 3 - 5 hari, tergantung pada cuaca. 
2.3.2. Pengeringan Kolam
Tujuan pengeringan untuk meningkatkan produksi, memperbaiki pematang, juga merupakan salah satu bentuk kontrol alami terhadap pengganggu ataupun predator, dan menyebabkan terjadinya mineralisasi dari kandungan organik dan mengoksidasi asam organik. Lamanya pengeringan ini tergantung pada keadaan cuaca, lamanya pengeringan atau penjemuran tergantung pada cuaca. Jika cuaca baik, pengeringan dasar kolam cukup selama 2 - 3 hari. Setelah dikeringkan dilakukan pembuangan lumpur yang menumpuk di dasar kolam sehingga ketebalan lumpur dari 20 - 30 cm menjadi 10 - 15 cm. Lumpur yang terbuang digunakan untuk menutupi kebocoran yang ada pada pematang.
2.3.3. Pemupukan dan Pengapuran
Setelah dikeringkan, kolam dipupuk. Pupuk yang digunakan biasanya berupa pupuk organik, misalnya kotoran ayam. Kotoran ayam ini disebarkan secara merata di seluruh dasar kolam. Untuk kolam berukuran sekitar 20 m2, biasanya digunakan 5 kg kotoran ayam. Dosis kapur untuk kolam baru dan kolam yang telah dipakai dibedakan. Untuk kolam baru biasanya 20 - 150 kg per 100 m2, sedangkan untuk kolam yang sudah pernah dipakai 10 - 15 kg per 100 m2. selama dilakukan pengeringan, taburkan kapur tohor sebanyak 20 - 200 gram/m2. Pupuk kandang (kotoran ayam), urea, TSP masing-masing 500 - 700 gram, 15 gram, 10 gram. Pupuk kandang dan buatan pabrik tersebut ditaburkan secara merata di dasar kolam.
2.3.4. Sumber dan Kualitas Air
sumber air untuk kegiatan pembesaran lele dapat berupa saluran irigasi yang airnya dapat langsung disadap dengan menggunakan pipa paralon ataupun bambu. Air yang baik digunakan untuk pembesaran lele dumbo nilai pH-nya berkisar antara 6,5 - 8. Selain itu perlu diperhatikan bahwa kekeruhan juga dapat mempengaruhi kegiatan pembesaran ikan lele. Kekeruhan ini sebaiknya tidak lebih dari 10 cm, sebab jika lebih dari itu sangat besar kemungkinan terjadinya kekurangan oksigen dan ikan sulit bernafas karena elemen insangnya tertutup partikel-partikel lumpur. Pemasukan air biasanya dilakukan secara perlahan-lahan hingga ketinggian air mencapai 20 cm. Setelah itu kolam didiamkan selama 2 - 3 hari agar pupuk mengalami penguraian. Setelah 3 hari ketinggian dinaikkan hingga mencapai 70 cm. Debit air yang masuk ke kolam biasanya sekitar 1 liter/detik.
2.3.5. Syarat Benih Lele
Benih lele yang dipilih harus benar-benar baik dan sehat. Benih lele yang tidak baik gampang sekali terkena penyakit dan pertumbuhannya kurang optimal. pemilihan benih lele yang baik dan sehat memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.    Ukuran seragam dan berwarna cerah (mengkilap);
2.    Gerakannya lincah dan gesit;
3.    Tidak cacat dan tidak luka di tubuhnya;
4.    Bebas dari bibit penyakit;
5.    Posisi tubuh dalam air normal;
6.    Menghadap dan melawan arus ketika diberi arus.
Ukuran benih lele sebaiknya seragam sekitar 5 sampai 7 cm/ekor. Tujuannya agar masing-masing lele tidak saling mengganggu dan pertumbuhannya bisa seragam. Sesuai karakternya, lele adalah binatang kanibal. Jika kekurangan pakan, lele akan memangsa sesamanya, terutama lele berukuran kecil. Benih lele yang berukuran kecil juga akan kalah dalam bersaing mendapat pakan.
2.3.6. Penebaran Benih Lele
sebelum benih ditebarkan sebaiknya benih disuci hamakan dulu dengan merendamnya didalam larutan KM5NO4 (Kalium permanganat) atau PK dengan dosis 35 gram/m2 selama 24 jam atau formalin dengan dosis 25 mg/l selama 5 - 10 menit. Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari atau pada saat udara tidak panas. Sebelum ditebarkan ke kolam, benih diaklimatisasi dulu (perlakuan penyesuaian suhu) dengan cara memasukan air kolam sedikit demi sedikit ke dalam wadah pengangkut benih. Benih yang sudah teraklimatisasi akan dengan sendirinya keluar dari kantong (wadah) angkut benih menuju lingkungan yang baru yaitu kolam. Hal ini berarti bahwa perlakuan tersebut dilaksanakan diatas permukaan air kolam dimana wadah (kantong) benih mengapung diatas air. Jumlah benih yang ditebar 35 - 50 ekor/m2 yang berukuran 5 - 8 cm.

2.4. Pengelolaan Pakan
Mahalnya harga pakan ikan dan rendahnya harga jual ikan air tawar merupakan masalah besar dalam pengembangan budidaya ikan, termasuk lele. Padahal, komponen pakan merupakan biaya paling besar dalam kegiatan budidaya lele secara intensif, yaitu mencapai 60% dari biaya total. Oleh karena itu, penyediaan pakan harus mendapatkan perhatian khusus.
2.4.1. Jenis Pakan
2.4.1.1. Pakan Buatan
Pakan yang diproduksi oleh pabrik dikenal dalam bentuk pelet. Ukuran pelet tersebut bervariasi. Ada dua macam pelet dipasaran, yaitu pelet terapung dan pelet tenggelam. Dinamakan pelet terapung karena pakan beberapa saat akan terapung di atas air kolam sebelum tenggelam jika diberikan  kepada ikan. Sementara itu, pelet tenggelam biasanya langsung tenggelam atau melayang beberapa saat di dalam air, kemudian langsung tenggelam. Protein yang terkandung di dalam pelet juga bermacam-macam, tergantung dari pabrik yang memproduksinya dan jenis ikan yang akan mengonsumsi pelet tersebut.
pakan buatan dalam bentuk pelet sudah tersedia di toko-toko pertanian/perikanan. Pelet yang tersedia mempunyai kandungan gizi tertentu. Pembudidaya tinggal memilih pelet sesuai dengan kebutuhan ikan budi daya. Pelet untuk lele, minimal mengandung 25% protein. Untuk tumbuh optimal, lele membutuhkan pelet yang mengandung protein antara 25 - 35%. Untuk memacu pertumbuhan lele, diperlukan pelet yang mengandung protein 35 - 40%. Tentu saja, harga pelet dengan kandungan protein yang tinggi makin mahal. Untuk menutupi kekurangan protein pada pakan lele, pakan tambahan berupa daging bekicot, ikan rucah, dan lain-lain dapat digunakan untuk menambah protein bagi kebutuhan lele.
Tabel 1. Kebutuhan nutrisi untuk ikan lele
Nutrisi
Kebutuhan (%)
Protein
35 - 40
Lemak
9,5 - 10
Karbohidrat
20 - 30
Vitamin
0,25 - 0,40
Mineral
1,0
  
2.4.1.2. Pakan Alami (Alternatif)
Penggunaan pakan alami dalam budidaya ikan lele sudah umum dilakukan. Hal ini karena harga pakan buatan semakin mahal, sementara harga ikan lele, sekalipun mengalami kenaikan tidak sebanding dengan kenaikan harga pakan buatan seperti pelet. Oleh karena itu, untuk menekan biaya produksi, tetapi tidak mempengaruhi pertumbuhan lele, penggunaan pakan alami berupa daging ikan atau hewan-hewan lainnya adalah alternatif yang baik. Pasalnya, daging ikan atau hewan mengandung protein yang tinggi sehingga dapat mengganti protein yang kurang dari pakan buatan
salah satu upaya untuk meningkatkan keuntungan bagi para pembudidaya ikan adalah dengan menyediakan pakan tambahan atau alternatif disamping pelet. Pakan alternatif yang bisa diberikan pada lele, yaitu ikan rucah, keong mas, bekicot, limbah peternakan ayam atau burung puyuh, belatung, limbah penetasan telur, dan limbah pemindangan ikan. Lele sangat membutuhkan protein hewani untuk pertumbuhannya.
2.4.2. Pemberian Pakan
Agar penggunaan pakan lebih efisien dan menjaga lingkungan hidup ikan tetap optimal maka teknik pemberian pakan terbaik perlu diterapkan. Pada prinsipnya, tujuan penerapan teknik pemberian pakan adalah untuk menekan kemungkinan pakan yang terbuang percuma sehingga dapat diperoleh keuntungan yang besar.
2.4.2.1. Cara Pemberian Pakan
Pemberian pakan, khususnya pakan buatan berupa pelet, dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu ditebar langsung dengan tangan atau menggunakan alat bantu seperti ember atau kaleng yang bagian bawahnya berbentuk kerucut dan berfungsi sebagai alat pemberi pakan semi otomatis. Alat pemberi pakan semi otomatis (pepakan) disebut demand feeder bekerja atas dasar tenaga sentuhan ikan, sedangkan alat bantu pemberi pakan yang otomatis disebut automatic feeder bekerja menggunakan tenaga listrik dan dapat diatur sewaktu mengeluarkan pakan
cara pemberian pakan ditaburkan secara merata disetiap sisi kolam agar setiap ikan memiliki peluang mendapatkan jatah yang sama. Setiap pergantian jenis atau ukuran pakan yang berbeda dilakukan secara bertahap. Caranya adalah pakan lama dicampur dengan pakan pengganti. Tujuannya agar ikan dapat beradaptasi terhadap pakan dengan jenis atau ukuran yang berbeda. Adaptasi setiap pergantian ukuran pakan bisa berlangsung lebih lama jikan tingkat kergaman ukuran ikan di dalam wadah pemeliharaan besar. Dengan cara tersebut, diharapkan pertumbuhan ikan bisa seragam.
2.4.2.2. Tempat Pemberian Pakan
Tempat pemberian pakan adalah letak atau posisi pakan itu harus diberikan. Pakan itu dapat diberikan pada satu tempat, misalnya di dekat saluran pemasukan air saja atau pada beberapa tempat, selain untuk menjamin semua ikan mendapatkan pakan dalam porsi yang cukup. Letak pemberian pakan yang tepat juga dimaksudkan untuk mengefisienkan jumlah pakan yang diberikan
2.4.3. Dosis Pakan
Pemberian pelet mengacu pada berat tubuh ikan. Jumlah pemberian pakan untuk lele per hari, yaitu 3 - 6% dari bobot ikan yang dipelihara. Persentase pakan tersebut fleksibel. Artinya, jumlah pakan bisa diatur menurut nafsu makan ikan pada saat itu. Pemberian pakan jangan dilakukan sekaligus dalam satu waktu. Awalnya, pakan ditebarkan separuh dosis. Jika masih agresif, pakan dapat ditambahkan sampai lele malas menyambut pakan
ikan lele membutuhkan pakan 15 - 3% per berat total ikan dalam kolam, tergantung dari ukran ikan. Pada umur 20 - 30 hari, lele membutuhkan pakan 20 - 15 % bobot tubuh /hari, sedangkan ikan yang berumur 90 hari ke atas, membutuhkan pakan sebanyak 4 - 3% bobot tubuh / hari (Tabel. 2). Pakan yang diberikan harus berkualitas baik, minimal mengandung 25% protein.
Tabel 2. Jumlah pakan yang diberikan kepada lele
Umur lele (Hari)
Dosis pemberian pakan
(% bobot tubuh/hari)
20-30
20-15
31-40
15-10
41-55
7-5
56-90
4-3
90 dst
4-3
Metode lain yang bisa dipakai, yaitu menambah pakan secara berkala sesuai umur tebar. Sebagai patokan awal adalah kepadatan tebar. Contohnya, padat tebar 5.250 ekor diberi pakan awal sekitar 5 - 10 Kg selama 2 minggu pertama. Dua minggu berikutnya volume pakan dinaikkan secara teratur 3 - 5 Kg. Pakan bisa dinaikkan atau diturunkan sesuai nafsu makan ikan.
2.4.4. Waktu Pemberian Pakan
waktu pemberian pakan ditetapkan dengan memperhatikan nafsu makan ikan. Waktu pemberian pakan bisa pagi, siang, sore atau malam hari. Lele adalah binatang nokturnal sehingga mempunyai kecenderungan beraktivitas pada malam hari, terutama dalam hal mencari makan. Oleh karena itu, pakan diberikan sebagian besar pada sore atau malam hari karena nafsu makan lele pada waktu itu sedang tinggi. Dengan demikian, jadwal waktu pemberian pakan pada pagi pukul 07.00, siang pukul 12.00, sore pada pukul 17.00, dan malam hari pada pukul 22.00.
2.4.5. Frekuensi Pemberian Pakan
Frekuensi pemberian pakan adalah kekerapan waktu pemberian pakan dalam sehari, mungkin 1 kali, 2 kali, 3 kali, atau lebih sering lagi. Umumnya, frekuensi pemberian pakan ikan lele yang dipelihara sistem intensif antara 3 - 4 kali
waktu dan frekuensi pemberian pakan untuk ikan yang masih kecil atau masih benih lebih sering dibandingkan dengan ikan besar. Frekuensi pemberian pakan untuk ikan yang masih kecil bisa 4 - 5 kali dalam sehari. Sementara itu, frekuensi pemberian pakan ikan yang besar, yaitu 3 kali dalam sehari.

2.5. Pengelolaan Kualitas Air
2.5.1. Persyaratan Kualitas Air
Kualitas air merupakan faktor pembatas dalam pertumbuhan ikan budidaya, termasuk lele. Sekalipun lele dapat hidup pada kualitas air yang buruk, pertumbuhan lele akan terhambat karena energinya digunakan untuk bertahan pada lingkungan perairan yang buruk sehingga pertumbuhannya pun melambat. Kualitas air yang buruk juga dapat menjadi sumber penyakit sehingga dapat menginfeksi ikan budidaya.
Tabel 3. Kualitas air optimal untuk pemeliharaan lele
Parameter
Kisaran optimal
Oksigen
3 - 6 ppm
pH
6,5 - 8,5
Suhu
25 - 300 C
Alkalinitas total
> 50 mg /l CaCO3
Amonia
< 0,1 ppm
Nitrit
< 0,05 ppm
Warna air
Hijau
Kecerahan
30 - 45 cm
Hardnees Ca
> 20 mg/l CaCO3
Hardness total
> 40 mg/l CaCO3

2.5.2. Sistem Penggantian Air
Proses penggantian air dilakukan secara bertahap, yaitu air dikeluarkan 1/3 bagian dan diisi dengan air baru. Air yang dikeluarkan adalah bagian dasar kolam dengan harapan timbunan kotoran (feses) dan sisa-sisa pakan yang membusuk di dasar kolam ikut terbuang. Penambahan air sangat penting, terutama pada musim kemarau, karena volume air berkurang akibat menguap. Selain itu, suhu air pada musim kemarau juga dipastikan meningkat. Akibatnya, ikan gampang stres dan nafsu makan turun

2.6. Hama dan Penyakit Lele Dumbo
Hama pada lele adalah binatang tingkat tinggi yang langsung mengganggu kehidupan lele. Di alam bebas dan di kolam terbuka, hama yang sering menyerang lele antara lain: berang-berang, ular, katak, burung, serangga, musang air, ikan gabus dan belut. Di pekarangan, terutama yang ada di perkotaan, hama yang sering menyerang hanya katak dan kucing. Pemeliharaan lele secara intensif tidak banyak diserang hama. Penyakit parasit adalah penyakit yang disebabkan oleh organisme tingkat rendah seperti virus, bakteri, jamur, dan protozoa yang berukuran kecil

2.7. Panen dan Pascapanen
Dari usaha pembesaran biasanya dipanen saat mencapai berat rata-rata 150 - 200 gram, ukuran tersebut dapat dicapai dalam masa pemeliharaan sekitar 3 - 4 bulan. Pemanenan lele dapat dilakukan pagi atau sore hari pada saat suhu air tidak terlalu tinggi. Cara pemanenannya dengan membuang seluruh air di kolam pembesaran sehingga hanya tinggal caren yang terisi air dan lele akan terkumpul di caren dan akan mempermudah saat penangkapan, dan lele yang sudah tertangkap dimasukkan ke dalam ember, tong atau hapa (alat yang terbuat dari anyaman bambu) yang berisi air, jangan lupa kita beri tutup agar lele tidak dapat loncat, lalu siap diangkut untuk dijual sesuai dengan pesanan.
Pada umumnya pembudidaya yang melakukan usaha pembesaran, menjual lele dumbo itu setelah menginjak usia tiga bulan /berat rata-rata sudah mencapai 150 - 200 gram. Adapun pemasaran hasil usaha pembesaran pada umumnya tidak terlalu berbeda dengan usaha pembibitan yaitu supplier / pengumpul ikan mendatangi langsung para pembudidaya, tetapi apabila pembudidaya lebih jeli dan kreatif maka hasil panen tadi dibawa langsung ke pasar ikan, sebab harganya akan lebih mahal dibanding bila didatangi langsung oleh supplier


DAFTAR PUSTAKA
Kordi, M. Ghufran. 2010. Budidaya Ikan Lele di Kolam Terpal. Lily publisher. Yogyakarta.

Mahyuddin, Kholish. 2009. Panduan Lengkap Agribisnis Lele. Penebar Swadaya. Jakarta.

Santoso, Budi. 2010. Lele Dumbo dan Lokal. Kanisius. Yogyakarta.

Sutrisno. 2006. Budidaya Lele Dumbo. Azka Press. Bandung

3 komentar:

  1. Mantap artikelnya bang
    Kalau berkenan kunjungi juga blog saya
    http://pasarbibitlele.blogspot.sg/

    BalasHapus
  2. Bosan tidak tahu mau mengerjakan apa pada saat santai, ayo segera uji keberuntungan kalian
    hanya di D*EW*A*P*K / pin bb D87604A1
    dengan hanya minimal deposit 10.000 kalian bisa memenangkan uang jutaan rupiah
    dapatkan juga bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% :)

    BalasHapus
  3. ingin mendapatkan uang banyak dengan cara cepat ayo segera bergabung dengan kami di f4n5p0k3r
    Promo Fans**poker saat ini :
    - Bonus Freechips 5.000 - 10.000 setiap hari (1 hari dibagikan 1 kali) hanya dengan minimal deposit 50.000 dan minimal deposit 100.000 ke atas
    - Bonus Cashback 0.5% dibagikan Setiap Senin
    - Bonus Referal 20% Seumur Hidup dibagikan Setiap Kamis
    Ayo di tunggu apa lagi Segera bergabung ya, di tunggu lo ^.^

    BalasHapus

 

Sample text

Sample Text

Sample Text