1.1.
Latar
Belakang
Ikan
lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sangat digemari oleh
masyarakat. Ikan lele merupakan komoditas yang dapat dipelihara dengan padat
tebar tinggi dalam lahan terbatas (hemat lahan) di kawasan marginal dan hemat
air. Pengembangan usaha lele dapat dilakukan mulai dari usaha benih sampai
dengan ukuran konsumsi yang dapat menguntungkan pada setiap segmennya
lele
yang memiliki nama ilmiah Clarias sp
ini perkembangan produksinya secara nasional sangat baik. Selama lima tahun
terakhir produksi lele terus meningkat. Pada tahun 2005 produksi nasional ikan
lele sebesar 69,386 ton, tahun 2006 sebesar 77,332 ton, tahun 2007 sebesar
91,735 lalu tahun 2008 meningkat menjadi 114,371 ton dan pada tahun 2009 terus
meningkat menjadi 144,755. Tahun 2010, angka sementara yang dipublikasikan
produksi ikan lele dari hasil budidaya sebesar 273.554 ton.
Dalam
budidaya perikanan, pakan (makanan) merupakan faktor penting dikarenakan beberapa
hal. Salah satunya adalah fungsi pakan untuk memacu pertumbuhan organisme
budidaya dengan pemberian pakan yang bergizi, tepat waktu dan dosis yang cukup.
pakan
merupakan komponen biaya produksi terbesar dalam budidaya ikan lele secara
intensif. Kebutuhan pakan mutlak mengandalkan pakan buatan pabrik (pelet).
Pakan buatan pabrik lebih terjamin kualitasnya serta kandungan nutrisinya
lengkap. Hal yang perlu dipertimbangkan dalam penggunaan pelet sebagai pakan
adalah harganya yang relatif tinggi. Penyebabnya adalah bahan utama pelet,
seperti tepung ikan, masih diimpor meskipun sudah bisa diproduksi dalam negeri.
Karena
itu, manajemen (pengelolaan) pakan sangat penting dalam budidaya ikan lele,
bukan saja karena merupakan bagian dari sistem produksi yang menyedot biaya
terbesar, melainkan juga sangat berpengaruh terhadap kualitas air dan
lingkungan sekitarnya. Pengelolaan pakan yang tidak tepat dapat menyebabkan
usaha tidak ekonomis bahkan cenderung rugi sehingga perlu manajemen terhadap
pakan tersebut dengan baik. Manajemen pakan terdiri dari memilih merek atau
membuat pakan yang akan digunakan, mengadakan, menyimpan serta prosedur
pemberiannya yang benar kepada biota budidaya pada waktu yang tepat dan takaran
yang benar.
2.1.
Biologi Ikan Lele Dumbo
2.1.1
Klasifikasi Ikan Lele Dumbo
taksonomi ikan lele sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Sub-kingdom : Metazoa
Phyllum :
Chordata
Sub-Phyllum :
Vertebrata
Klas : Actinoptenygii
Sub klas :
Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Sub-Ordo :
Silaroidae
Famili :
Clariidae
Genus :
Clarias
Spesies :
Clarias gariepinus
berdasarkan bentuk tubuh dan sifat-sifatnya,
ikan lele diklasifikasikan dalam satu tata nama sehingga memudahkan dalam
identifikasi. Tata nama dalam klasifikasi yang didasarkan ilmu taksonomi tersebut
biasanya menggunakan bahasa latin. Dalam klasifikasi ini, ikan lele termasuk
famili claridae, yaitu jenis ikan yang mempunyai bentuk kepala gepeng dan
mempunyai alat pernapasan tambahan.
2.1.2.
Morfologi Ikan Lele Dumbo
ikan lele secara umum memiliki tubuh
yang licin, berlendir, tidak bersisik dan bersungut atau berkumis. Secara
anatomi dan morfologi lele terbagi atas 3 bagian. Berikut uraian masing-masing
bagiannya:
a. Kepala
Lele memiliki kepala yang panjang hampir
mencapai seperempat dari panjang tubuhnya. Kepala lele pipih kebawah
(depressed). Bagian atas dan bawah kepalanya tertutup oleh tulang pelat. Tulang
pelat ini memiliki ruang rongga di atas insang. Ruangan inilah terdapat alat
pernafasan tambahan lele berupa labirin. Mulut lele terletak pada ujung moncong
(terminal) dengan dihiasi 4 sungut (kumis). Mulut lele dilengkapi dengan gigi,
gigi nyata, atau hanya berupa permukaan kasar dimulut bagian depan.
Mata lele berbentuk kecil dengan tepi
oriantal yang bebas. Matanya latero-leteral atau di permukaan dorsal tubuh yang
dapat mengenali warna. Untuk memfokuskan pandangan, lensa mata dapat bergerak
keluar-masuk. Ikan lele memiliki sepasang lubang hidung (notrils) yang
berfungsi sebagai mendeteksi bau dan sangat sensitif.
b. Badan
Ikan lele mempunyai bantuk badan yang
berbeda dengan jenis ikan lainnya, seperti tawes, mas ataupun gurami. Ikan lele
mempunyai bentuk tubuh yang memanjang, agak bulat dan tidak bersisik. Warna
tubuhnya kelabu sampai hitam. Badan lele pada bagian tengahnya mempunyai potongan
membulat. Sementara itu, bagian belakang tubuhnya berbentuk pipih kesamping
(compressed). Dengan demikian, ada tiga bentuk tubuh potongan melintang pada
ikan lele, yaitu pipih ke bawah, bulat, dan pipih kesamping.
c. Ekor
Sirip ekor lele membulat dan tidak
bergabung dengan sirip punggung maupun sirip anal. Sirip ekor berfungsi untuk
bergerak maju. Sementara itu, sirip perut membulat dan memanjang mencapai sirip
anal. Sirip dada lele dilengkapi sepasang duri tajam yang umunya disebut patil
yang berfungsi untuk membela diri dari pengaruh luar yang mengganggunya dan
untuk membantu melompat keluar dari air dan melarikan diri. Dengan menggunakan
patil, lele dapat berjalan di darat tanpa air cukup lama dan cukup jauh.
2.1.3. Habitat dan
Tingkah Laku
Habitat atau lingkungan hidup lele banyak
ditemukan diperairan air tawar, di dataran rendah sampai sedikit payau. Untuk
perairan sedikit payau, banyak warga pantura jawa, seperti kendal, jawa tengah,
memanfaatkan bekas tambak untuk pembesaraan lele dumbo. Di alam, ikan lele
hidup di sungai-sungai yang arusnya mengalir secara perlahan atau lambat,
danau, waduk, telaga, rawa, serta genangan air tawar lainnya, seperti kolam.
Karena lebih menyukai perairan yang tenang, tepian dangkal, dan terlindung,
ikan lele memiliki kebiasaan membuat atau menempati lubang-lubang di tepi
sungai atau kolam.
Lele jarang menampakkan aktivitasnya pada siang
hari dan lebih menyukai tempat gelap, agak dalam dan teduh. Hal ini bisa
dimengerti karena lele adalah binatang nokturnal, yaitu mempunyai kecenderungan
beraktifitas dan mencari makan pada malam hari. Pada siang hari, ikan lele
memilih berdiam diri atau berlindung di tempat-tempat yang gelap. Akan tetapi
pada kolam pemeliharaan, terutama budidaya secara intensif, lele dapat dibiasakan
diberi pakan pelet pada pagi atau siang hari walaupun nafsu makannya tetap
lebih tinggi jika diberikan pada malam hari.
Ikan lele relatif tahan terhadap kondisi
lingkungan yang kualitas airnya jelek. Pada kondisi kolam dengan padat
penebaran yang tinggi dan kandungan oksigennya sangat minim pun, lele masih
dapat bertahan hidup. Namun, pertumbuhan dan perkembangan ikan lele bakal lebih
cepat dan sehat jika dipelihara dari sumber air yang cukup bersih, seperti air
sungai, mata air, saluran irigasi, ataupun air sumur
2.1.4.
Kebiasaan Makan
Lele mempunyai kebiasaan makan di dasar perairan
atau kolam (bottom feeder).
Berdasarkan jenis pakannya, lele digolongkan sebagai ikan yang bersifat
karnivora (pemakan daging). Di habitat aslinya, lele memakan cacing, siput air,
belatung, laron, jentik-jentik serangga, kutu air, dan larva serangga air.
Karena bersifat karnivora, pakan tambahan yang baik untuk lele adalah yang
banyak mengandung protein hewani. Jika pakan yang diberikan banyak protein
nabati, pertumbuhannya lambat.
Lele bersifat kanibalisme, yaitu sifat suka
memangsa jenisnya sendiri. Jika kekurangan pakan, lele tidak segan-segan
memangsa kawannya sendiri yang berukuran lebih kecil. Oleh karena itu, jangan
sampai terlambat memberinya makan. Sifat kanibalisme juga ditimbulkan oleh
adanya perbedaan ukuran. Lele yang berukuran besar akan memangsa ikan lele yang
berukuran kecil.
2.2.
Persyaratan Lokasi
Adapun persyaratan yang harus dipenuhi agar budidaya ikan
lele ini mendapatkan hasil yang maksimal dan dengan kualitas yang optimal
adalah sebagai berikut :
1.
Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan
adalah jenis tanah liat / lempung, tidak berporus, berlumpur dan subur. Lahan
yang dapat digunakan untuk budidaya lele dapat berupa: sawah, kecomberan, kolam
pekarangan, kolam kebun, dan blumbang.
2.
Ikan lele hidup dengan baik di daerah dataran
rendah sampai daerah yang tingginya maksimal 700 m dpl.
3.
Elevasi tanah dari permukaan sumber air dan
kolam adalah 5 - 10%.
4.
Lokasi untuk pembuatan kolam harus
berhubungan langsung atau dekat dengan sumber air dan tidak dekat dengan jalan
raya.
5.
Lokasi untuk pembuatan kolam hendaknya di
tempat yang teduh, tetapi tidak berada di bawah pohon yang daunnya mudah
rontok.
6.
Ikan lele dapat hidup pada suhu 200
C, dengan suhu optimal antara 250 -
280 C. Sedangkan untuk pertumbuhan larva diperlukan kisaran suhu
antara 26 - 300 C dan untuk pemijahan 240 -
280 C.
7.
Ikan lele dapat hidup dalam perairan agak
tenang dan kedalamannya cukup, sekalipun kondisi airnya jelek, keruh, kotor dan
miskin zat O2.
8.
Perairan tidak boleh tercemar oleh bahan
kimia, limbah industri, merkuri, atau mengandung kadar minyak atau bahan
lainnya yang dapat mematikan ikan.
9.
Perairan yang banyak mengandung zat-zat yang
dibutuhkan ikan dan bahan makanan alami. Perairan tersebut bukan perairan yang
rawan banjir.
10. Permukaan
perairan tidak boleh tertutup rapat oleh sampah atau daun- daunan hidup,
seperti enceng gondok.
11. Mempunyai
pH 6,5 – 9; kesadahan (derajat butiran kasar ) maksimal 100 ppm dan optimal 50
ppm; turbidity (kekeruhan) bukan lumpur antara 30 – 60 cm; kebutuhan O2 optimal pada range yang cukup lebar,
dari 0,3 ppm untuk yang dewasa sampai jenuh untuk burayak; dan kandungan CO2
kurang dari 12,8 mg/liter, amonium terikat 147,29 -157,56 mg/liter.
2.3. Teknis Kegiatan Pembesaran
Tahap pembesaran dimaksudkan untuk membesarkan lele
tanggung hasil pendederan hingga menjadi lele yang siap dikonsumsi. Jika tidak
melakukan pembenihan sendiri, benih lele dapat dibeli di pusat-pusat
pembenihan, misalnya Balai Benih Ikan atau para pembenih.
Seperti untuk kolam pembesaran ikan konsumsi lainnya,
kolam pembesaran lele dapat menggunakan kolam berdinding tembok atau kolam
tanah. Ukuran yang biasa digunakan antara 200 - 500 m2. Atau dapat
menggunakan kolam pekarangan di sekitar rumah, dengan kedalaman air dari dasar
hingga permukaan minimal 100 cm
2.3.1. Pengolahan Tanah Dasar
pengolahan dasar kolam dapat dilakukan dengan dibajak
atau dicangkul atau dapat pula menggunakan hand traktor. Setelah pengolahan
dasar selesai, selanjutnya buatkan kemalir di tengah kolam berukuran lebar 20 -
25 cm, dalamnya tidak kurang dari 20 cm. Kemudian dijemur di bawah sinar
matahari selama 3 - 5 hari, tergantung pada cuaca.
2.3.2. Pengeringan Kolam
Tujuan pengeringan untuk meningkatkan produksi, memperbaiki
pematang, juga merupakan salah satu bentuk kontrol alami terhadap pengganggu
ataupun predator, dan menyebabkan terjadinya mineralisasi dari kandungan
organik dan mengoksidasi asam organik. Lamanya pengeringan ini tergantung pada
keadaan cuaca, lamanya pengeringan atau penjemuran tergantung pada cuaca. Jika
cuaca baik, pengeringan dasar kolam cukup selama 2 - 3 hari. Setelah
dikeringkan dilakukan pembuangan lumpur yang menumpuk di dasar kolam sehingga
ketebalan lumpur dari 20 - 30 cm menjadi 10 - 15 cm. Lumpur yang terbuang
digunakan untuk menutupi kebocoran yang ada pada pematang.
2.3.3. Pemupukan dan Pengapuran
Setelah dikeringkan, kolam dipupuk. Pupuk yang digunakan
biasanya berupa pupuk organik, misalnya kotoran ayam. Kotoran ayam ini
disebarkan secara merata di seluruh dasar kolam. Untuk kolam berukuran sekitar
20 m2, biasanya digunakan 5 kg kotoran ayam. Dosis kapur untuk kolam
baru dan kolam yang telah dipakai dibedakan. Untuk kolam baru biasanya 20 - 150
kg per 100 m2, sedangkan untuk kolam yang sudah pernah dipakai 10 -
15 kg per 100 m2. selama dilakukan pengeringan, taburkan kapur tohor
sebanyak 20 - 200 gram/m2. Pupuk kandang (kotoran ayam), urea, TSP
masing-masing 500 - 700 gram, 15 gram, 10 gram. Pupuk kandang dan buatan pabrik
tersebut ditaburkan secara merata di dasar kolam.
2.3.4. Sumber dan Kualitas Air
sumber air untuk kegiatan pembesaran lele dapat berupa
saluran irigasi yang airnya dapat langsung disadap dengan menggunakan pipa
paralon ataupun bambu. Air yang baik digunakan untuk pembesaran lele dumbo
nilai pH-nya berkisar antara 6,5 - 8. Selain itu perlu diperhatikan bahwa
kekeruhan juga dapat mempengaruhi kegiatan pembesaran ikan lele. Kekeruhan ini
sebaiknya tidak lebih dari 10 cm, sebab jika lebih dari itu sangat besar
kemungkinan terjadinya kekurangan oksigen dan ikan sulit bernafas karena elemen
insangnya tertutup partikel-partikel lumpur. Pemasukan air biasanya dilakukan
secara perlahan-lahan hingga ketinggian air mencapai 20 cm. Setelah itu kolam
didiamkan selama 2 - 3 hari agar pupuk mengalami penguraian. Setelah 3 hari
ketinggian dinaikkan hingga mencapai 70 cm. Debit air yang masuk ke kolam
biasanya sekitar 1 liter/detik.
2.3.5. Syarat Benih Lele
Benih lele yang dipilih
harus benar-benar baik dan sehat. Benih lele yang tidak baik gampang sekali
terkena penyakit dan pertumbuhannya kurang optimal. pemilihan benih lele yang
baik dan sehat memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Ukuran seragam dan berwarna cerah
(mengkilap);
2. Gerakannya lincah dan gesit;
3. Tidak cacat dan tidak luka di tubuhnya;
4. Bebas dari bibit penyakit;
5. Posisi tubuh dalam air normal;
6.
Menghadap
dan melawan arus ketika diberi arus.
Ukuran benih lele sebaiknya seragam
sekitar 5 sampai 7 cm/ekor. Tujuannya agar masing-masing lele tidak saling
mengganggu dan pertumbuhannya bisa seragam. Sesuai karakternya, lele adalah
binatang kanibal. Jika kekurangan pakan, lele akan memangsa sesamanya,
terutama lele berukuran kecil. Benih lele yang berukuran kecil juga akan kalah
dalam bersaing mendapat pakan.
2.3.6. Penebaran Benih
Lele
sebelum benih ditebarkan sebaiknya benih disuci hamakan
dulu dengan merendamnya didalam larutan KM5NO4 (Kalium
permanganat) atau PK dengan dosis 35 gram/m2 selama 24 jam atau
formalin dengan dosis 25 mg/l selama 5 - 10 menit. Penebaran benih sebaiknya
dilakukan pada pagi atau sore hari atau pada saat udara tidak panas. Sebelum
ditebarkan ke kolam, benih diaklimatisasi dulu (perlakuan penyesuaian suhu)
dengan cara memasukan air kolam sedikit demi sedikit ke dalam wadah pengangkut
benih. Benih yang sudah teraklimatisasi akan dengan sendirinya keluar dari
kantong (wadah) angkut benih menuju lingkungan yang baru yaitu kolam. Hal ini
berarti bahwa perlakuan tersebut dilaksanakan diatas permukaan air kolam dimana
wadah (kantong) benih mengapung diatas air. Jumlah benih yang ditebar 35 - 50
ekor/m2 yang berukuran 5 - 8 cm.
2.4. Pengelolaan Pakan
Mahalnya
harga pakan ikan dan rendahnya harga jual ikan air tawar merupakan masalah
besar dalam pengembangan budidaya ikan, termasuk lele. Padahal, komponen pakan
merupakan biaya paling besar dalam kegiatan budidaya lele secara intensif,
yaitu mencapai 60% dari biaya total. Oleh karena itu, penyediaan pakan harus
mendapatkan perhatian khusus.
2.4.1. Jenis Pakan
2.4.1.1. Pakan Buatan
Pakan
yang diproduksi oleh pabrik dikenal dalam bentuk pelet. Ukuran pelet tersebut
bervariasi. Ada dua macam pelet dipasaran, yaitu pelet terapung dan pelet
tenggelam. Dinamakan pelet terapung karena pakan beberapa saat akan terapung di
atas air kolam sebelum tenggelam jika diberikan
kepada ikan. Sementara itu, pelet tenggelam biasanya langsung tenggelam
atau melayang beberapa saat di dalam air, kemudian langsung tenggelam. Protein
yang terkandung di dalam pelet juga bermacam-macam, tergantung dari pabrik yang
memproduksinya dan jenis ikan yang akan mengonsumsi pelet tersebut.
pakan
buatan dalam bentuk pelet sudah tersedia di toko-toko pertanian/perikanan.
Pelet yang tersedia mempunyai kandungan gizi tertentu. Pembudidaya tinggal
memilih pelet sesuai dengan kebutuhan ikan budi daya. Pelet untuk lele, minimal
mengandung 25% protein. Untuk tumbuh optimal, lele membutuhkan pelet yang
mengandung protein antara 25 - 35%. Untuk memacu pertumbuhan lele, diperlukan
pelet yang mengandung protein 35 - 40%. Tentu saja, harga pelet dengan
kandungan protein yang tinggi makin mahal. Untuk menutupi kekurangan protein
pada pakan lele, pakan tambahan berupa daging bekicot, ikan rucah, dan
lain-lain dapat digunakan untuk menambah protein bagi kebutuhan lele.
Tabel 1. Kebutuhan nutrisi untuk ikan lele
Nutrisi
|
Kebutuhan (%)
|
Protein
|
35
- 40
|
Lemak
|
9,5
- 10
|
Karbohidrat
|
20
- 30
|
Vitamin
|
0,25
- 0,40
|
Mineral
|
1,0
|
2.4.1.2. Pakan Alami (Alternatif)
Penggunaan
pakan alami dalam budidaya ikan lele sudah umum dilakukan. Hal ini karena harga
pakan buatan semakin mahal, sementara harga ikan lele, sekalipun mengalami
kenaikan tidak sebanding dengan kenaikan harga pakan buatan seperti pelet. Oleh
karena itu, untuk menekan biaya produksi, tetapi tidak mempengaruhi pertumbuhan
lele, penggunaan pakan alami berupa daging ikan atau hewan-hewan lainnya adalah
alternatif yang baik. Pasalnya, daging ikan atau hewan mengandung protein yang
tinggi sehingga dapat mengganti protein yang kurang dari pakan buatan
salah
satu upaya untuk meningkatkan keuntungan bagi para pembudidaya ikan adalah
dengan menyediakan pakan tambahan atau alternatif disamping pelet. Pakan
alternatif yang bisa diberikan pada lele, yaitu ikan rucah, keong mas, bekicot,
limbah peternakan ayam atau burung puyuh, belatung, limbah penetasan telur, dan
limbah pemindangan ikan. Lele sangat membutuhkan protein hewani untuk
pertumbuhannya.
2.4.2. Pemberian Pakan
Agar
penggunaan pakan lebih efisien dan menjaga lingkungan hidup ikan tetap optimal
maka teknik pemberian pakan terbaik perlu diterapkan. Pada prinsipnya, tujuan
penerapan teknik pemberian pakan adalah untuk menekan kemungkinan pakan yang
terbuang percuma sehingga dapat diperoleh keuntungan yang besar.
2.4.2.1. Cara Pemberian Pakan
Pemberian
pakan, khususnya pakan buatan berupa pelet, dapat dilakukan dengan 2 cara,
yaitu ditebar langsung dengan tangan atau menggunakan alat bantu seperti ember
atau kaleng yang bagian bawahnya berbentuk kerucut dan berfungsi sebagai alat
pemberi pakan semi otomatis. Alat pemberi pakan semi otomatis (pepakan) disebut
demand feeder bekerja atas dasar
tenaga sentuhan ikan, sedangkan alat bantu pemberi pakan yang otomatis disebut automatic feeder bekerja menggunakan
tenaga listrik dan dapat diatur sewaktu mengeluarkan pakan
cara
pemberian pakan ditaburkan secara merata disetiap sisi kolam agar setiap ikan
memiliki peluang mendapatkan jatah yang sama. Setiap pergantian jenis atau
ukuran pakan yang berbeda dilakukan secara bertahap. Caranya adalah pakan lama
dicampur dengan pakan pengganti. Tujuannya agar ikan dapat beradaptasi terhadap
pakan dengan jenis atau ukuran yang berbeda. Adaptasi setiap pergantian ukuran
pakan bisa berlangsung lebih lama jikan tingkat kergaman ukuran ikan di dalam
wadah pemeliharaan besar. Dengan cara tersebut, diharapkan pertumbuhan ikan
bisa seragam.
2.4.2.2. Tempat Pemberian Pakan
Tempat
pemberian pakan adalah letak atau posisi pakan itu harus diberikan. Pakan itu
dapat diberikan pada satu tempat, misalnya di dekat saluran pemasukan air saja
atau pada beberapa tempat, selain untuk menjamin semua ikan mendapatkan pakan
dalam porsi yang cukup. Letak pemberian pakan yang tepat juga dimaksudkan untuk
mengefisienkan jumlah pakan yang diberikan
2.4.3. Dosis Pakan
Pemberian
pelet mengacu pada berat tubuh ikan. Jumlah pemberian pakan untuk lele per
hari, yaitu 3 - 6% dari bobot ikan yang dipelihara. Persentase pakan tersebut
fleksibel. Artinya, jumlah pakan bisa diatur menurut nafsu makan ikan pada saat
itu. Pemberian pakan jangan dilakukan sekaligus dalam satu waktu. Awalnya,
pakan ditebarkan separuh dosis. Jika masih agresif, pakan dapat ditambahkan
sampai lele malas menyambut pakan
ikan
lele membutuhkan pakan 15 - 3% per berat total ikan dalam kolam, tergantung
dari ukran ikan. Pada umur 20 - 30 hari, lele membutuhkan pakan 20 - 15 % bobot
tubuh /hari, sedangkan ikan yang berumur 90 hari ke atas, membutuhkan pakan
sebanyak 4 - 3% bobot tubuh / hari (Tabel. 2). Pakan yang diberikan harus
berkualitas baik, minimal mengandung 25% protein.
Tabel
2. Jumlah pakan yang diberikan kepada lele
Umur
lele (Hari)
|
Dosis
pemberian pakan
(%
bobot tubuh/hari)
|
20-30
|
20-15
|
31-40
|
15-10
|
41-55
|
7-5
|
56-90
|
4-3
|
90
dst
|
4-3
|
Metode
lain yang bisa dipakai, yaitu menambah pakan secara berkala sesuai umur tebar.
Sebagai patokan awal adalah kepadatan tebar. Contohnya, padat tebar 5.250 ekor
diberi pakan awal sekitar 5 - 10 Kg selama 2 minggu pertama. Dua minggu
berikutnya volume pakan dinaikkan secara teratur 3 - 5 Kg. Pakan bisa dinaikkan
atau diturunkan sesuai nafsu makan ikan.
2.4.4. Waktu Pemberian Pakan
waktu
pemberian pakan ditetapkan dengan memperhatikan nafsu makan ikan. Waktu
pemberian pakan bisa pagi, siang, sore atau malam hari. Lele adalah binatang
nokturnal sehingga mempunyai kecenderungan beraktivitas pada malam hari,
terutama dalam hal mencari makan. Oleh karena itu, pakan diberikan sebagian
besar pada sore atau malam hari karena nafsu makan lele pada waktu itu sedang
tinggi. Dengan demikian, jadwal waktu pemberian pakan pada pagi pukul 07.00,
siang pukul 12.00, sore pada pukul 17.00, dan malam hari pada pukul 22.00.
2.4.5. Frekuensi Pemberian Pakan
Frekuensi
pemberian pakan adalah kekerapan waktu pemberian pakan dalam sehari, mungkin 1
kali, 2 kali, 3 kali, atau lebih sering lagi. Umumnya, frekuensi pemberian
pakan ikan lele yang dipelihara sistem intensif antara 3 - 4 kali
waktu
dan frekuensi pemberian pakan untuk ikan yang masih kecil atau masih benih
lebih sering dibandingkan dengan ikan besar. Frekuensi pemberian pakan untuk
ikan yang masih kecil bisa 4 - 5 kali dalam sehari. Sementara itu, frekuensi
pemberian pakan ikan yang besar, yaitu 3 kali dalam sehari.
2.5. Pengelolaan Kualitas Air
2.5.1. Persyaratan Kualitas Air
Kualitas
air merupakan faktor pembatas dalam pertumbuhan ikan budidaya, termasuk lele.
Sekalipun lele dapat hidup pada kualitas air yang buruk, pertumbuhan lele akan
terhambat karena energinya digunakan untuk bertahan pada lingkungan perairan
yang buruk sehingga pertumbuhannya pun melambat. Kualitas air yang buruk juga
dapat menjadi sumber penyakit sehingga dapat menginfeksi ikan budidaya.
Tabel
3. Kualitas air optimal untuk pemeliharaan lele
Parameter
|
Kisaran
optimal
|
Oksigen
|
3
- 6 ppm
|
pH
|
6,5
- 8,5
|
Suhu
|
25
- 300 C
|
Alkalinitas total
|
> 50 mg /l CaCO3
|
Amonia
|
<
0,1 ppm
|
Nitrit
|
<
0,05 ppm
|
Warna air
|
Hijau
|
Kecerahan
|
30
- 45 cm
|
Hardnees Ca
|
>
20 mg/l CaCO3
|
Hardness total
|
>
40 mg/l CaCO3
|
2.5.2.
Sistem Penggantian Air
Proses
penggantian air dilakukan secara bertahap, yaitu air dikeluarkan 1/3 bagian dan
diisi dengan air baru. Air yang dikeluarkan adalah bagian dasar kolam dengan
harapan timbunan kotoran (feses) dan sisa-sisa pakan yang membusuk di dasar
kolam ikut terbuang. Penambahan air sangat penting, terutama pada musim
kemarau, karena volume air berkurang akibat menguap. Selain itu, suhu air pada
musim kemarau juga dipastikan meningkat. Akibatnya, ikan gampang stres dan
nafsu makan turun
2.6.
Hama dan Penyakit Lele Dumbo
Hama pada
lele adalah binatang tingkat tinggi yang langsung mengganggu kehidupan lele.
Di alam bebas dan di kolam terbuka,
hama yang sering menyerang lele antara lain: berang-berang, ular, katak,
burung, serangga, musang air, ikan gabus dan belut. Di pekarangan, terutama yang ada di perkotaan, hama
yang sering menyerang hanya katak dan kucing. Pemeliharaan lele secara intensif
tidak banyak diserang hama. Penyakit parasit adalah penyakit yang disebabkan
oleh organisme tingkat rendah seperti virus, bakteri, jamur, dan protozoa yang
berukuran kecil
2.7. Panen dan Pascapanen
Dari
usaha pembesaran biasanya dipanen saat mencapai berat rata-rata 150 - 200 gram,
ukuran tersebut dapat dicapai dalam masa pemeliharaan sekitar 3 - 4 bulan.
Pemanenan lele dapat dilakukan pagi atau sore hari pada saat suhu air tidak
terlalu tinggi. Cara pemanenannya dengan membuang seluruh air di kolam
pembesaran sehingga hanya tinggal caren yang terisi air dan lele akan terkumpul
di caren dan akan mempermudah saat penangkapan, dan lele yang sudah tertangkap
dimasukkan ke dalam ember, tong atau hapa (alat yang terbuat dari anyaman
bambu) yang berisi air, jangan lupa kita beri tutup agar lele tidak dapat
loncat, lalu siap diangkut untuk dijual sesuai dengan pesanan.
Pada
umumnya pembudidaya yang melakukan usaha pembesaran, menjual lele dumbo itu
setelah menginjak usia tiga bulan /berat rata-rata sudah mencapai 150 - 200
gram. Adapun pemasaran hasil usaha pembesaran pada umumnya tidak terlalu
berbeda dengan usaha pembibitan yaitu supplier / pengumpul ikan mendatangi
langsung para pembudidaya, tetapi apabila pembudidaya lebih jeli dan kreatif
maka hasil panen tadi dibawa langsung ke pasar ikan, sebab harganya akan lebih
mahal dibanding bila didatangi langsung oleh supplier
DAFTAR PUSTAKA
Kordi, M.
Ghufran. 2010. Budidaya Ikan Lele di
Kolam Terpal. Lily publisher. Yogyakarta.
Mahyuddin,
Kholish. 2009. Panduan Lengkap Agribisnis
Lele. Penebar Swadaya. Jakarta.
Santoso,
Budi. 2010. Lele Dumbo dan Lokal. Kanisius.
Yogyakarta.
Sutrisno.
2006. Budidaya Lele Dumbo. Azka
Press. Bandung
Mantap artikelnya bang
BalasHapusKalau berkenan kunjungi juga blog saya
http://pasarbibitlele.blogspot.sg/
Bosan tidak tahu mau mengerjakan apa pada saat santai, ayo segera uji keberuntungan kalian
BalasHapushanya di D*EW*A*P*K / pin bb D87604A1
dengan hanya minimal deposit 10.000 kalian bisa memenangkan uang jutaan rupiah
dapatkan juga bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% :)
ingin mendapatkan uang banyak dengan cara cepat ayo segera bergabung dengan kami di f4n5p0k3r
BalasHapusPromo Fans**poker saat ini :
- Bonus Freechips 5.000 - 10.000 setiap hari (1 hari dibagikan 1 kali) hanya dengan minimal deposit 50.000 dan minimal deposit 100.000 ke atas
- Bonus Cashback 0.5% dibagikan Setiap Senin
- Bonus Referal 20% Seumur Hidup dibagikan Setiap Kamis
Ayo di tunggu apa lagi Segera bergabung ya, di tunggu lo ^.^