1.1. Latar Belakang
Udang galah merupakan salah satu komoditas hasil
perikanan air tawar yang sangat potensial, karena memiliki nilai ekonomi
tinggi. Budidaya udang galah dewasa ini perkembangannya memang belum selaju
budidaya udang windu. Namun prospeknya tidak kalah dengan komoditas udang
windu. Udang galah yang dipelihara dalam kolam air tawar dapat mencapai panjang
tubuh 30 cm, sehingga tidak jauh berbeda dengan ukuran udang galah yang
dipelihara dalam tambak air payau.
Potensi udang galah sebagai komoditas ekspor sudah
dikembangkan sejak tahun 1970-an. Hal ini menunjukkan bahwa udang galah sebagai
komoditas ekspor bila dikembangkan lebih intensif, tentu akan masuk daftar
prioritas ekspor hasil perikanan darat yang harus diperhitungkan. Sejak tahun
1974, cara pengembangbiakan udang galah telah berhasil diketahui, dan di
Indonesia sudah ada Balai Benih Udang Galah yang siap memasok udang galah bagi
para petani di Indonesia
Dalam budidaya perikanan,
pakan (makanan) merupakan faktor penting dikarenakan beberapa hal. Salah satunya adalah fungsi pakan untuk memacu pertumbuhan organisme budidaya
dengan pemberian pakan yang bergizi, tepat waktu dan dosis yang cukup.
Karena itu, manajemen (pengelolaan) pakan sangat penting
dalam budidaya perikanan,
bukan saja karena merupakan bagian dari sistem produksi yang menyedot biaya
terbesar, melainkan juga sangat berpengaruh terhadap kualitas air dan
lingkungan sekitarnya. Manajemen pakan yang tidak tepat dapat menyebabkan usaha
tidak ekonomis dan tidak lestari. Manajemen pakan terdiri dari memilih merek
atau membuat pakan yang akan digunakan, mengadakan, menyimpan dan prosedur
pemberiannya kepada biota budidaya pada waktu yang tepat dan takaran yang benar.
2.1. Biologi Udang Galah
Semua jenis udang air tawar termasuk dalam familia
palaemonidae dan udang galah adalah salah satu jenis dari familia tersebut yang
merupakan jenis terbesar.
2.1.1. Klasifikasi
klasifikasi udang galah
(Macrobrachium rosenbergii) adalah sebagai berikut :
Kingdom :
Animalia
Filum :
Artrhopoda
Subfilum :
Crustacea
Kelas :
Malascostraca
Subkelas :
Eumalacostraca
Superordo :
Eucarida
Ordo :
Decapoda
Subordo :
Pleocyemata
Infraordo :
Caridea
Superfamili :
Palaemonoidea
Famili :
Palaemonidae
Subfamili :
Palaemoninae
Genus :
Macrobrachium
Spesies :
Macrobrachium
rosenbergii (De Man, 1879)
2.1.2. Morfologi
di Indonesia spesies Macrobrachium
rosenbergii dikenal dengan sebutan
udang galah. Badan udang terdiri atas 3 bagian, yaitu kepala dan dada (cephalothorax), badan yang
bersegmen-segmen (abdomen), serta
ekor (uropoda). Cephalothorax di
bungkus oleh kulit keras. Di bagian depan kepala, terdapat suatu lempengan
karapas yang bergerigi, disebut rostrum. Pada
rostrum bagian atas, terdapat duri
11-13 buah dan di bagian bawah rostrum 8-14
buah. Pada bagian cephalothorax juga
terdapat lima pasang kaki jalan. Pada udang jantan sepasang “kaki jalan kedua”
tumbuh panjang dan cukup besar menyerupai galah. Panjangnya dapat mencapai 1,5
kali panjang badannya. Pada udang betina, kaki tersebut relative kecil. Kaki
renang udang galah terdapat dibagian bawah abdomen,
jumlahnya lima pasang. Selain untuk berenang, kaki renang pada udang betina
juga berfungsi sebagai tempat menempelkan telur-telur.
Bagian abdomen terdiri
atas lima ruas. Setiap ruas dilengkapi sepasang kaki renang (pleiopoda). Kaki renang pada udang
betina agak melebar dan membentuk ruang untuk mengerami telurnya (broodchamber). Sementara itu, uropoda merupakan ruas terakhir dari
ruas tubuh yang kaki renangnya berfungsi sebagai pengayuh atau yang biasa
disebut dengan ekor kipas. Uropoda terdiri atas bagian luar (eksopoda), bagian dalam (endopoda),
dan bagian ujung yang meruncing (telson)
secara morfologis dan anatomis udang jantan dapat
dibedakan dengan yang betina sebagai berikut:
a. Udang
jantan : dapat mencapai ukuran yang lebih besar daripada udang betina. Pasangan
kaki jalan yang kedua tumbuh sangat besar dan kuat, bahkan sampai 1,5 x panjang
total badannya. Bagian perut lebih ramping, ukuran pleuron lebih pendek. Alat
kelamin terletak pada basis pasangan kaki jalan kelima, dimana pasangan kaki
ini terlihat lebih rapat dan lunak. Appendix masculine terletak pada pasangan
kaki renang kedua yang merupakan cabang ketiga dari kaki renang tersebut.
b. Udang
betina : ukuran tubuh biasanya lebih kecil daripada udang jantan. Pasangan kaki
jalan kedua tetap tumbuh lebih besar, namun tidak begitu besar dan kuat seperti
pada udang jantan. Bagian perut tumbuh melebar, pleuron memanjang sehingga
ruangan pada bagian ini lebih dalam. Bersama-sama dengan kaki renang, ruangan
ini merupakan tempat pengeraman telur, sehingga secara keseluruhan bentuk
tubuhnya membesar pada bagian perut. Alat kelamin betina terletak pada dangkal
pasangan kaki jalan ketiga, merupakan suatu sumuran (lubang) yang disebut
“thelicum”. Jarak antara pangkal pasangan kaki jalan kiri dan kanan setiap
pasangan terlihat lebih lebar yang memungkinkan telur dapat berjalan kearah
perut.
2.1.3. Tingkah Laku
apabila diperhatikan tingkah laku dan kebiasaan hidup
udang galah, fase dewasa udang galah sebagian besar dijalani didasar perairan
tawar dan fase larva bersifat planktonik yang sangat memerlukan air payau.
Udang galah mempunyai habitat perairan umum, misalnya rawa, danau dan sungai
berhubungan dengan laut.
Di
alam, udang galah dapat memijah di daerah air tawar pada jarak 100 km dari
muara, lalu larvanya terbawa aliran sungai hingga ke laut. Larva yang menetas
dari telur paling lambat 3-5 hari harus mendapatkan air payau. Udang galah pada stadia juvenil sampai dewasa menempati
habitat air tawar dan pada stadia naupli sampai dengan post larva menempati
habitat air payau dengan salinitas antara 5-15 promil.
2.1.4. Siklus Hidup
udang galah dewasa akan memijah dan bertelur di air
tawar. Sejak telur dibuahi hingga menetas diperlukan waktu 16-20 hari. Larva
yang baru menetas memerlukan air payau sebagai lingkungan hidupnya. Apabila
dalam jangka waktu 3 – 5 hari sesudah menetas tidak mendapatkan air payau,
sebagian besar larva akan mati. Sejak stadia pertama hingga stadia pascalarva
memerlukan air payau dengan kadar garam 5 – 20 promil.
Mulai telur menetas hingga metamorfosis menjadi
pascalarva, terjadi 11 kali ganti kulit. Perubahan bentuk secara morfologis
yang nyata ada 8 kali (8 stadia). Pada stadia 1 – 5, mengalami 5 kali ganti
kulit, sedangkan pada stadia 6 – 8 mengalami 6 kali pergantian kulit. Dari masa
telur menetas hingga menjadi pascalarva diperlukan waktu maksimal 45 hari.
Sesudah menjadi juwana (sudah menyerupai morfologi udang dewasa), udang dapat
hidup pada air tawar. Walupun demikian, juwana dapat hidup dan tumbuh pada
lingkungan dengan salinitas 10 promil.
2.2. Persyaratan Lokasi
Pemilihan lokasi merupakan faktor utama
dalam menentukan keberhasilan pembenihan udang galah. Dalam kegiatan pembenihan, biasa dilakukan pada
hatchery. adapun lokasi yang baik untuk membangun hatchery adalah
:
a.Dekat
dengan pantai yang tujuannya untuk mempermudah
pengambilan air laut yang bersih.
b.Air
tawar merupakan syarat mutlak yang diperlukan
sebagai pengencer air laut. Larva
udang galah hidup optimal pada salinitas 10-12 promil.
c. Prasarana
jalan. Demi lancarnya komunikasi timbal balik antara hatchery dengan
kolam-kolam pembesaran. Tersebut akan memungkinkan para petani secara langsung
melihat perkembangan dan tersedianya benih sepanjang tahun.
2.3. Persiapan Bak Pemeliharaan Larva
kegiatan
ini meliputi persiapan bak-bak pemeliharaan larva, bak penetasan telur, bak penetasan artemia, bak
penampungan air bekas dan bak-bak filtrasi. Bak-bak tersebut dicuci sampai
bersih, supaya bebas dari kotoran dan bakteri / parasit yang bersifat
merugikan.
untuk mencegah masuknya jasad renik
yang dapat mengganggu terhadap kelangsungan hidup larva, maka air laut harus
difilter lebih dahulu. Bak filter dapat dibuat dengan jalan memasang pasir dan
ijuk. Kemudian air yang telah difilter dialirkan ke bak penampungan atau bak
pencampuran. Bentuk bak penampungan dapat berbentuk persegi empat maupun
silinder yang terbuat dari beton maupun ‘ferro
cement’. Sedangkan ukuran bak ini tergantung kepada jumlah air yang
dibutuhkan setiap hari.
Sebagai tempat
pemeliharaan larva diperlukan suatu wadah khusus yang disebut bak pemeliharaan
larva. Biasanya berbentuk segi empat atau silinder dengan kapasitas antara 1-10
m3. Untuk mempermudah pengeringan maupun pemanenan juvenil bak
tersebut dilengkapi dengan pipa paralon (PVC).
Penggunaan salah satu dari bahan-bahan pembersih bak, memerlukan waktu perendaman
sekitar 12-24 jam, atau sehari sebelum bak-bak tersebut digunakan. Untuk
keperluan pembersihan bak-bak tersebut, dapat menggunakan salah satu dari
bahan-bahan pembersih pada Tabel
1.
Bahan
|
Dosis
|
Formalin
|
0,25 - 0,5 %
|
CuSO4
|
5 – 10 ppm
|
Sodium hypochlorite
(NaOCl)
|
10 – 150 ppm
|
Kaporit (CaOCl)
|
10 – 150 ppm
|
Malachite green
|
2 – 10 ppm
|
Selain
dengan bahan tersebut desinfektan dapat digantikan dengan radiasi sinar Ultra
Violet (UV). Namun bila dibandingkan dengan chlorinasi, penyinaran ini
mempunyai resiko yang lebih besar yakni kerusakan yang ditimbulkan oleh sinar
UV.
Pada unit hatchery yang dekat pantai di
mana air laut dapat langsung dipompakan ke dalam hatchery. Sebelum masuk reservoir air laut tersebut hendaknya
melalui saringan biologik untuk menghilangkan organisme yang mungkin terikut.
Air tawar terlebih dahulu dipanaskan dalam salah satu bak dengan suhu 45 – 50 0C,
sedang air laut dilakukan chlorinasi pada
bak tersendiri. Maksud pemanasan air, selain untuk sterilisasi juga untuk
memelihara suhu kamar dan media larva.
Air
tawar kemudian dipompakan kedalam bak air laut yang memenuhi persyaratan, agar
bisa bercampur untuk mendapatkan salinitas 10 – 12 promil sesuai yang diinginkan. Air
siap untuk dialirkan ke dalam bak media larva
2.4.
Penggantian
Air
Untuk menjaga kondisi air tetap baik, penggantian air
dilakukan setiap hari sebanyak 3/5 bagian. Tujuan dari penggantian air ini
adalah untuk menghilangkan sisa pakan dan kotoran serta memperbarui kualitas
air media. Penggantian air dilakukan pada sore hari setelah pakan buatan habis
dikonsumsi larva (pukul 15.00). setelah selesai penggantian air, larva diberi
pakan alami (naupli artemia).
Penggantian air dapat
dilakukan dengan dua cara. Pertama, penggantian air melalui keran dengan
saringan larva yang terletak di dalam bak pemeliharaan larva. Saringan tersebut
dapat diganti dengan ukuran lain yang sesuai dengan ukuran larva. Kedua,
penggantian air dengan menggunakan selang (sistem sifon). Pada cara ini,
saringan yang digunakan tidak perlu diganti-ganti, yang penting larva tidak
lolos dari saringan
2.5. Pemeliharaan Larva
setelah
1-2 hari dalam bak penetasan, larva dipindahkan ke dalam bak pemeliharaan yang
telah dipersiapkan. Padat penebaran larva yang paling baik berkisar antara
100-150 ekor/liter.
Pemeliharaan larva berakhir setelah larva bermetamorfosis
menjadi pasca larva, yakni antara 21-35 hari. Perpanjangan waktu setelah 35
hari akan menambah hasil, namun bila dibandingkan dengan biaya yang
dikeluarkan, perpanjangan waktu tersebut tidak efektif (tidak sesuai dengan
biaya yang dikeluarkan). Selama pemeliharaan berlangsung kondisi suhu media
harus selalu dijaga agar kondisinya optimum, yaitu 29-300 C. untuk
menjaga kondisi tersebut dapat menggunakan heather yang diletakkan pada “buffer
tank”.
Selama pemeliharaan berlangsung
tidak jarang dijumpai larva yang melompat ke dinding bak. Untuk mengatasi hal
itu, aerasi harus dinaikkan kekuatannya.
Selama pemeliharaan, perawatan, pemberian pakan dan
penggantian air merupakan kegiatan rutin setiap hari yang harus diperhatikan
dan ditangani secara seksama
2.6. Monitoring
Pertumbuhan
Pertumbuhan larva sangat dipengaruhi oleh faktor suhu,
media, jenis pakan, intensitas cahaya dan kualitas air. Dalam pertumbuhannya,
udang galah mengalami 11 kali ganti kulit sebelum mencapai stadia benih (PL)
(Uno dan Soo, 1969). Proses ganti kulit ini diperlukan, sebab kulit larva udang
galah mengandung zat tanduk (chitine) yang keras dan tak elastis. Keadaan
ini akan membatasi pertumbuhan larva, sehingga tanpa ganti kulit tak mungkin
larva akan tumbuh.
Pengamatan stadia perlu dilakukan untuk mengetahui
kemajuan dari pertumbuhan larva. Pada setiap stadia tersebut terdapat
perbedaan-perbedaan morfologis yang menandakan ciri khas dari setiap
stadia. Pengamatan stadia dapat dilakukan 2-3 kali dalam seminggu.
Pengambilan sampel larva dilakukan secara acak (random), sehinggga diharapkan
mewakili keadaan populasi larva.
Untuk memperoleh hasil pengamatan yang baik, jumlah larva
yang diamati dalam suatu populasi sebaiknya lebih dari 50 ekor setiap
kali pengamatan
2.7. Manajemen Pakan Larva Udang Galah
manajemen pakan yang baik merupakan kunci
utama dalam pembenihan udang galah. Selama pemeliharaan larva udang galah
diberi pakan berupa naupli artemia dan pakan buatan. Kekurangan jumlah pakan
akan menyebabkan larva lambat tumbuh dan terjadinya kanibalisme sesama larva.
Sebaliknya pemberian pakan yang berlebih selain akan meningkatkan biaya produksi juga akan mengundang resiko
penurunan kualitas media pemeliharaan yang memicu berkembangnya jasad patogen
dan mengancam kegiatan pembenihan. Teknik pemberian pakan yang baik, waktu dan
jumlah pemberian yang tepat serta komposisi nutrien yang seimbang tentunya akan
menjamin keberhasilan selama pembenihan udang galah.
2.7.1. Kandungan Nutrisi Pakan
yang
dimaksud dengan nutrisi (nutrition) adalah
kandungan gizi yang dikandung pakan. Apabila pakan yang diberikan kepada udang
pemeliharaan mempunyai kandungan nutrisi yang cukup tinggi, maka hal ini tidak
saja akan menjamin hidup dan aktifitas udang, tetapi juga akan mempercepat
pertumbuhannya. Oleh karena itu, pakan yang diberikan kepada udang selama
dipelihara, tidak hanya sekedar cukup dan tepat waktu, tetapi juga pakan
tersebut harus memilki kandungan gizi yang cukup. Bila udang mengkonsumsi pakan
yang kandungan nutrisinya rendah, maka pertumbuhan terhambat, bahkan pada udang
timbul gejala-gejala tertentu yang disebut kekurangan gizi (malnutrition).
Banyaknya zat-zat gizi yang dibutuhkan ini di
samping tergantung pada spesies udang, juga pada ukuran atau besarnya udang
serta keadaan lingkungan tempat hidupnya. Nilai nutrisi (gizi) pakan pada
umumnya dilihat dari kompisisi zat gizinya. Beberapa komponen nutrisi yang
penting dan harus tersedia dalam pakan udang antara lain protein, lemak,
karbohidrat, vitamin dan mineral.
2.7.2. Pemberian Pakan
Larva yang baru menetas belum memerlukan
makanan tambahan, karena masih terdapat persediaan makanan di dalam kuning
telurnya. Setelah umur satu hari larva mulai memerlukan makanan tambahan.
Makanan yang cocok untuk larva udang galah adalah naupli artemia. Karena disamping mempunyai kandungan protein yang tinggi,
naupli tetap hidup dan berenang gerakannya agak lambat sehingga larva dapat
menangkapnya.
2.7.3. Frekuensi Pemberian Pakan
Selain makanan hidup larva juga diberi makanan
buatan. Sebelum diberikan, makanan buatan harus disaring lebih dahulu dengan
saringan yang berdiameter antara 0,5 -1,0 mm, sehingga makanan berbentuk
butiran kecil. Makanan tersebut diberikan dengan frekuensi 5 kali sehari yaitu
pukul 08.00; 10.00; 12.00; 14.00 dan 16.00. sebagai pedoman, dibawah ini
diberikan dosis pemberian makanan setiap hari untuk setiap 5.000 ekor larva.
Makanan diencerkan dahulu dalam ember dengan menggunakan air kurang lebih 5
liter lalu ditebarkan dalam bak dapat dilihat pada Tabel 2.
Sedangkan naupli artemia diberikan setiap pukul 18.00
dengan dosis 1 gram telur yang telah ditetaskan di dalam 60 liter air, untuk
setiap 10.000 ekor larva. Tabel 2. Jumlah makanan per hari yang dihubungkan
dengan umur larva, untuk setiap 5.000 ekor
Umur (hari)
|
Jumlah makanan/hari/gram
|
0 – 3
|
1
|
4 – 6
|
3
|
7 – 10
|
5
|
11 – 14
|
7
|
15 – 18
|
8
|
19 – 22
|
9
|
23 – dst
|
10
|
2.7.4. Pakan Alami
pakan alami yang terbaik untuk larva udang galah
adalah naupli artemia. Namun yang menjadi kendala adalah artemia ini merupakan
barang impor yang relative mahal harganya. Bahan yang diimpor berupa telur
(cyst) yang dikemas dalam kaleng. Cara penggunaan cyst tersebut harus
ditetaskan terlebih dahulu supaya menjadi naupli, kemudian ini diberikan pada
larva.
menyatakan
bahwa penetasan kista artemia dilakukan dengan menggunakan bak-bak kerucut yang
berisi air laut dan dipasok aerasi kuat pada tingkat 10 liter-20 liter per
menit. Komposisi 5 gram kista artemia per liter sudah cukup untuk menetaskan
kista tersebut. Untuk menghasilkan kuantitas maksimal dari nauplius perlu
dilakukan decapsulasi. Perlakuan decapsulasi ini dimaksudkan untuk menipiskan
kulit kista artemia, sehingga proses penetasannya lebih cepat. Bahan yang
dipakai dalam proses decapsulasi bisa berupa larutan natrium hipoklorit (NaHOCl).
Selain untuk menipiskan kulit kista, NaHOCl juga berfungsi sebagai disinfektan
terhadap bakteri dan jamur pengganggu.
Selama decapsulasi, telur yang semula
berwarna coklat akan berubah menjadi putih, kemudian berubah lagi menjadi
oranye. Setelah decapsulasi, telur itu dapat disimpan untuk ditetaskan atau
bisa juga langsung diberikan sebagai pakan larva udang.
Telur yang di decapsulasi dapat
ditetaskan dalam bak berbentuk corong. Penetasan dilakukan pada suhu 280
C. Jangka waktu penetasan berkisar antara 24-28 jam. Bak penetasan ditutup
supaya gelap dan diberi aerasi kuat. Agar artemia tumbuh dengan baik, sebaiknya
padat penebarannya jangan terlalu tinggi, yaitu berkisar antara 10.000-15.000
ekor / liter air.
a.
Penyediaan Pakan Alami
Naupli Artemia sp. merupakan pakan yang terbaik bagi
larva udang galah. Disamping nilai nutrisinya yang tinggi, mudah dalam
penyediaan dan penyimpanannya, juga memiliki ukuran yang sesuai untuk larva
udang galah. Untuk mendapatkan naupli Artemia
sp. dengan kualitas baik beberapa hal perlu diperhatikan, seperti kemasan
produk dan daya tetas. Sterilisasi terhadap telur (cyst) Artemia sp. juga harus dilakukan untuk mengantisipasi masuknya
jamur dan bakteri. Sterilisasi dilakukan dengan cara perendaman dalam larutan
klorin. Untuk mengurangi kotoran dan cangkang telur Artemia sp., maka teknik
pemanenan harus dilakukan dengan baik dan benar
b.
Dosis Pakan Alami
pemberian pakan dilakukan
setelah larva berumur 3 hari dengan frekuensi 2 kali sehari yaitu pagi dan sore
hari. Untuk mengetahui jumlah sisa pakan Artemia sp. dalam bak pemeliharaan
larva, maka sebelumnya diperiksa terlebih dahulu dengan cara mengambil air sampel
media pemeliharaan larva dengan menggunakan gelas bening sehingga naupli
Artemia sp. terlihat masih tersisa ataukah telah habis. Kebutuhan larva udang
galah akan naupli Artemia sp. semakin meningkat seiring bertambahnya umur
larva. Jumlah kebutuhan naupli Artemia sp. perharinya yang diberikan harus
sesuai dengan kebutuhan larva udang galah. Tabel 3. Kebutuhan naupli Artemia
sp. setiap ekor larva udang galah perhari.
Umur larva (hari)
|
Jumlah kebutuhan
naupli Artemia sp.
/ekor larva / hari |
3
|
5
|
4-6
|
10
|
7
|
15
|
8
|
20
|
9
|
25
|
10-11
|
30
|
12
|
35
|
13 – 14
|
40
|
15 – 24
|
45
|
25 – 30
|
50
|
30 (pascalarva)
|
45
|
c. Frekuensi dan
Waktu Pemberian Pakan Alami
Pemberian pakan tidak langsung dilakukan pada saat
selelah ditebar melainkan dua hari setelah penebaran. Pakan yang pertama kali
diberikan adalah pakan alami yaitu berupa naupli artemia yang berumur 18 jam.
Naupli artemia yang masih berumur 18 jam diberikan karena pada umur tersebut
telur yang terdapat pada kista artemia masih belum habis. Pemberian pakan
dilakukan secara ad libitum
dua kali dalam sehari yaitu pada jam 11.00 dan 16.30 Pemberian artemia
dilakukan secara langsung dengan cara menyebarnya secara merata pada permukaan
air. Pemberian pakan alami dimaksudkan untuk menyesuaikan dengan ukuran bukaan
mulut larva. Naupli artemia diberikan karena ukuranya yang kecil sehingga
sangat sesuai untuk larva
2.7.5. Pakan Buatan
menyatakan pakan buatan untuk larva
udang galah dibuat dalam bentuk basah dan kering. Pakan
basah memiliki keunggulan dibanding pakan kering. Secara biologis, larva udang
lebih menyukai pakan yang lunak daripada yang kering. Pakan berbentuk basah
dapat dibuat dengan peralatan sederhana dan karena tidak dilakukan pemanasan
dan pengeringan, sehingga dapat mencegah kehilangan gizi dalam pakan. Namun demikian,
pakan berbentuk basah mudah rusak karena mikroorganisme. Untuk mencegah
mikroorganisme perlu ditambahkan bahan pengawet. Pakan basah juga mudah
teroksidasi, khususnya asam askorbat, kecuali bila disimpan dalam kondisi beku.
Jaringan daging pada pakan yang basah (tidak dipanaskan) dapat mengandung enzim
anti thiamin.
Pakan dalam kondisi kering, selain
tidak mudah teroksidasi dan dapat disimpan dalam waktu lama, pakan kering juga
lebih tahan di dalam air. Namun demikian, pemberian pakan kering kepada larva
udang perlu dilakukan secara bertahap. Larva udang lebih menyukai pakan basah,
larva memakan jenis pakan lunak yang terdiri dari fitoplankton dan zooplankton
sehingga pemberian pakan kering harus memerlukan waktu dan perlu kebiasaan.
pakan buatan sebagai pakan tambahan
perlu diberikan untuk melengkapi kebutuhan gizi bagi larva udang. Oleh karena
pakan buatan berfungsi sebagai pakan pelengkap, maka komposisi bahan yang
digunakan cukup bervariasi dan kandungan nutrisinya, terutama komponen protein,
harus cukup tinggi kadarnya (54,9%).
a.
Persyaratan Bahan Pakan Buatan
komposisi
makanan pada label dapat dipakai sebagai acuan untuk pembuatan bahan makanan
yang telah diramu dan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan gizi. Oleh karena itu
penting untuk diperhatikan komposisi yang terdapat pada pakan buatan tersebut
agar kebutuhan nutrisi yang diperlukan oleh larva dapat tercukupi.
bahan-bahan yang digunakan untuk pakan buatan atau cake
meliputi tepung terigu, susu non fat, telur ayam/bebek, daging ikan gabus, Vit.
B complex, Vit. A+D Plek, Antibiotik dan air.
b. Dosis Pakan
Buatan
Pakan buatan diberikan setelah larva memasuki stadium 7,
berumur 9-10 hari. Adapun formulasi pakan buatan terdiri dari tepung terigu,
susu bubuk, telur ayam, ikan gabus atau cumi-cumi dan vitamin (merek ”Scott
Emulsion”). Ukuran dan dosis pakan harus disesuaikan dengan umur larva. Ukuran
pakan yang sesuai dapat diperoleh dengan meggunakan saringan berukuran
tertentu. Beberapa
ukuran saringan dan dosis menurut umur larva dapat dilihat pada Tabel
4.
Tabel
4. Dosis pemberian pakan dan
ukuran saringan berdasarkan umur larva.
Umur larva (hari)
|
Ukuran mesh
saringan (cm)
|
Dosis
(mg/ekor/berat kering)
|
12
|
16
|
70
|
13
|
16
|
80-90
|
13-14
|
8
|
100-180
|
25-30
|
8
|
200
|
30
|
8
|
200
|
c. Frekuensi dan
Waktu Pemberian Pakan
Setelah
pakan buatan diberikan, maka frekuensi pemberian pakan ditingkatkan menjadi 5
kali sehari, yakni pada pukul 07.00 diberikan pakan berupa naupli Artemia sp; pukul 10.00 diberikan pakan
buatan berupa egg custard; pukul
12.00 diberikan pakan berupa egg custard;
pukul 14.00 diberikan pakan berupa egg
custard dan pada pukul 16.00 setelah penyiponan diberikan pakan berupa
naupli Artemia sp
DAFTAR PUSTAKA
Ali, F.
2009. Mendongkrak Produktifitas Udang
Galah hingga 250%. Penebar Swadaya. Jakarta.
Amri, K., dan Khairuman. 2004. Budidaya
Udang Galah Secara Intensif. AgroMedia
Pustaka. Jakarta.
-------,
K., dan
Khairuman. 2006. Budidaya Udang Galah Secara Intensif. Agromedia
Pustaka. Depok.
Hadie, W.
dan Supriatna. 1985. Pengembangan
Udang Galah Dalam Hatchery dan
Budidaya. Kanisius. Yogyakarta.
--------,
W. dan
Hadie Lies E. 2002. Budidaya
Udang Galah GIMacro. Penebar Swadaya. Jakarta.
--------------------------------------.
1993. Pembenihan Udang Galah Usaha
Industri Rumah Tangga. Kanisius. Yogyakarta.
[01 Oktober 2011]
Kordi,
Gufron. 2010. Pakan Udang
Nutrisi-Formulasi-Pembuatan-Pemberian. Akademia.
Jakarta.
Maskur., S. H. Suprayitno dan D. Widagdo. 1986. Petunjuk Budidaya Udang Galah. Direktorat
Jenderal Perikanan. BBAT Sukabumi.
Murtidjo,
B.A. 1992. Budidaya Udang Galah
Sistem Monokultur. Kanisius. Yogyakarta.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusBosan tidak tahu mau mengerjakan apa pada saat santai, ayo segera uji keberuntungan kalian
BalasHapushanya di D*EW*A*P*K / pin bb D87604A1
dengan hanya minimal deposit 10.000 kalian bisa memenangkan uang jutaan rupiah
dapatkan juga bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% :)
ingin mendapatkan uang banyak dengan cara cepat ayo segera bergabung dengan kami di f4n5p0k3r
BalasHapusPromo Fans**poker saat ini :
- Bonus Freechips 5.000 - 10.000 setiap hari (1 hari dibagikan 1 kali) hanya dengan minimal deposit 50.000 dan minimal deposit 100.000 ke atas
- Bonus Cashback 0.5% dibagikan Setiap Senin
- Bonus Referal 20% Seumur Hidup dibagikan Setiap Kamis
Ayo di tunggu apa lagi Segera bergabung ya, di tunggu lo ^.^ingin mendapatkan uang banyak dengan cara cepat ayo segera bergabung dengan kami di f4n5p0k3r
Promo Fans**poker saat ini :
- Bonus Freechips 5.000 - 10.000 setiap hari (1 hari dibagikan 1 kali) hanya dengan minimal deposit 50.000 dan minimal deposit 100.000 ke atas
- Bonus Cashback 0.5% dibagikan Setiap Senin
- Bonus Referal 20% Seumur Hidup dibagikan Setiap Kamis
Ayo di tunggu apa lagi Segera bergabung ya, di tunggu lo ^.^