Social Icons

Pages

Rabu, 16 Oktober 2013

Manajemen Pakan Pada Pemeliharaan Larva Udang Galah di Hatchery




1.1. Latar Belakang
Udang galah merupakan salah satu komoditas hasil perikanan air tawar yang sangat potensial, karena memiliki nilai ekonomi tinggi. Budidaya udang galah dewasa ini perkembangannya memang belum selaju budidaya udang windu. Namun prospeknya tidak kalah dengan komoditas udang windu. Udang galah yang dipelihara dalam kolam air tawar dapat mencapai panjang tubuh 30 cm, sehingga tidak jauh berbeda dengan ukuran udang galah yang dipelihara dalam tambak air payau.
Potensi udang galah sebagai komoditas ekspor sudah dikembangkan sejak tahun 1970-an. Hal ini menunjukkan bahwa udang galah sebagai komoditas ekspor bila dikembangkan lebih intensif, tentu akan masuk daftar prioritas ekspor hasil perikanan darat yang harus diperhitungkan. Sejak tahun 1974, cara pengembangbiakan udang galah telah berhasil diketahui, dan di Indonesia sudah ada Balai Benih Udang Galah yang siap memasok udang galah bagi para petani di Indonesia
Dalam budidaya perikanan, pakan (makanan) merupakan faktor penting dikarenakan beberapa hal. Salah satunya adalah fungsi pakan  untuk memacu pertumbuhan organisme budidaya dengan pemberian pakan yang bergizi, tepat waktu dan dosis yang cukup.
Karena itu, manajemen (pengelolaan) pakan sangat penting dalam budidaya perikanan, bukan saja karena merupakan bagian dari sistem produksi yang menyedot biaya terbesar, melainkan juga sangat berpengaruh terhadap kualitas air dan lingkungan sekitarnya. Manajemen pakan yang tidak tepat dapat menyebabkan usaha tidak ekonomis dan tidak lestari. Manajemen pakan terdiri dari memilih merek atau membuat pakan yang akan digunakan, mengadakan, menyimpan dan prosedur pemberiannya kepada biota budidaya pada waktu yang tepat dan takaran yang benar.
2.1. Biologi Udang Galah
            Semua jenis udang air tawar termasuk dalam familia palaemonidae dan udang galah adalah salah satu jenis dari familia tersebut yang merupakan jenis terbesar.
2.1.1. Klasifikasi
klasifikasi udang galah (Macrobrachium rosenbergii) adalah sebagai berikut :
Kingdom                : Animalia
Filum                     : Artrhopoda
Subfilum                : Crustacea
Kelas                     : Malascostraca
Subkelas               : Eumalacostraca
Superordo             : Eucarida
Ordo                      : Decapoda
Subordo                : Pleocyemata
Infraordo               : Caridea
Superfamili            : Palaemonoidea
Famili                    : Palaemonidae
Subfamili               : Palaemoninae
Genus                   : Macrobrachium                          
Spesies                 : Macrobrachium rosenbergii (De Man, 1879)
2.1.2. Morfologi
di Indonesia spesies Macrobrachium rosenbergii  dikenal dengan sebutan udang galah. Badan udang terdiri atas 3 bagian, yaitu kepala dan dada (cephalothorax), badan yang bersegmen-segmen (abdomen), serta ekor (uropoda). Cephalothorax di bungkus oleh kulit keras. Di bagian depan kepala, terdapat suatu lempengan karapas yang bergerigi, disebut rostrum. Pada rostrum bagian atas, terdapat duri 11-13 buah dan di bagian bawah rostrum 8-14 buah. Pada bagian cephalothorax juga terdapat lima pasang kaki jalan. Pada udang jantan sepasang “kaki jalan kedua” tumbuh panjang dan cukup besar menyerupai galah. Panjangnya dapat mencapai 1,5 kali panjang badannya. Pada udang betina, kaki tersebut relative kecil. Kaki renang udang galah terdapat dibagian bawah abdomen, jumlahnya lima pasang. Selain untuk berenang, kaki renang pada udang betina juga berfungsi sebagai tempat menempelkan telur-telur.
Bagian abdomen terdiri atas lima ruas. Setiap ruas dilengkapi sepasang kaki renang (pleiopoda). Kaki renang pada udang betina agak melebar dan membentuk ruang untuk mengerami telurnya (broodchamber). Sementara itu, uropoda merupakan ruas terakhir dari ruas tubuh yang kaki renangnya berfungsi sebagai pengayuh atau yang biasa disebut dengan ekor kipas. Uropoda  terdiri atas bagian luar (eksopoda), bagian dalam (endopoda), dan bagian ujung yang meruncing (telson)
secara morfologis dan anatomis udang jantan dapat dibedakan dengan yang betina sebagai berikut:
a.      Udang jantan : dapat mencapai ukuran yang lebih besar daripada udang betina. Pasangan kaki jalan yang kedua tumbuh sangat besar dan kuat, bahkan sampai 1,5 x panjang total badannya. Bagian perut lebih ramping, ukuran pleuron lebih pendek. Alat kelamin terletak pada basis pasangan kaki jalan kelima, dimana pasangan kaki ini terlihat lebih rapat dan lunak. Appendix masculine terletak pada pasangan kaki renang kedua yang merupakan cabang ketiga dari kaki renang tersebut.
b.      Udang betina : ukuran tubuh biasanya lebih kecil daripada udang jantan. Pasangan kaki jalan kedua tetap tumbuh lebih besar, namun tidak begitu besar dan kuat seperti pada udang jantan. Bagian perut tumbuh melebar, pleuron memanjang sehingga ruangan pada bagian ini lebih dalam. Bersama-sama dengan kaki renang, ruangan ini merupakan tempat pengeraman telur, sehingga secara keseluruhan bentuk tubuhnya membesar pada bagian perut. Alat kelamin betina terletak pada dangkal pasangan kaki jalan ketiga, merupakan suatu sumuran (lubang) yang disebut “thelicum”. Jarak antara pangkal pasangan kaki jalan kiri dan kanan setiap pasangan terlihat lebih lebar yang memungkinkan telur dapat berjalan kearah perut.
2.1.3. Tingkah Laku
            apabila diperhatikan tingkah laku dan kebiasaan hidup udang galah, fase dewasa udang galah sebagian besar dijalani didasar perairan tawar dan fase larva bersifat planktonik yang sangat memerlukan air payau. Udang galah mempunyai habitat perairan umum, misalnya rawa, danau dan sungai berhubungan dengan laut.
Di alam, udang galah dapat memijah di daerah air tawar pada jarak 100 km dari muara, lalu larvanya terbawa aliran sungai hingga ke laut. Larva yang menetas dari telur paling lambat 3-5 hari harus mendapatkan air payau. Udang galah pada stadia juvenil sampai dewasa menempati habitat air tawar dan pada stadia naupli sampai dengan post larva menempati habitat air payau dengan salinitas antara 5-15 promil.
2.1.4. Siklus Hidup
udang galah dewasa akan memijah dan bertelur di air tawar. Sejak telur dibuahi hingga menetas diperlukan waktu 16-20 hari. Larva yang baru menetas memerlukan air payau sebagai lingkungan hidupnya. Apabila dalam jangka waktu 3 – 5 hari sesudah menetas tidak mendapatkan air payau, sebagian besar larva akan mati. Sejak stadia pertama hingga stadia pascalarva memerlukan air payau dengan kadar garam 5 – 20 promil.
Mulai telur menetas hingga metamorfosis menjadi pascalarva, terjadi 11 kali ganti kulit. Perubahan bentuk secara morfologis yang nyata ada 8 kali (8 stadia). Pada stadia 1 – 5, mengalami 5 kali ganti kulit, sedangkan pada stadia   6 – 8  mengalami 6 kali pergantian kulit. Dari masa telur menetas hingga menjadi pascalarva diperlukan waktu maksimal 45 hari. Sesudah menjadi juwana (sudah menyerupai morfologi udang dewasa), udang dapat hidup pada air tawar. Walupun demikian, juwana dapat hidup dan tumbuh pada lingkungan dengan salinitas 10 promil.
2.2. Persyaratan Lokasi
            Pemilihan lokasi merupakan faktor utama dalam menentukan keberhasilan pembenihan udang galah. Dalam kegiatan pembenihan, biasa dilakukan pada hatchery. adapun lokasi yang baik untuk membangun hatchery adalah :
a.Dekat dengan pantai yang tujuannya untuk mempermudah pengambilan air laut yang bersih.
b.Air tawar merupakan syarat mutlak yang diperlukan sebagai pengencer air laut. Larva udang galah hidup optimal pada salinitas 10-12 promil.
c.    Prasarana jalan. Demi lancarnya komunikasi timbal balik antara hatchery dengan kolam-kolam pembesaran. Tersebut akan memungkinkan para petani secara langsung melihat perkembangan dan tersedianya benih sepanjang tahun.
2.3. Persiapan Bak Pemeliharaan Larva
            kegiatan ini meliputi persiapan bak-bak pemeliharaan larva, bak penetasan telur, bak penetasan artemia, bak penampungan air bekas dan bak-bak filtrasi. Bak-bak tersebut dicuci sampai bersih, supaya bebas dari kotoran dan bakteri / parasit yang bersifat merugikan.
            untuk mencegah masuknya jasad renik yang dapat mengganggu terhadap kelangsungan hidup larva, maka air laut harus difilter lebih dahulu. Bak filter dapat dibuat dengan jalan memasang pasir dan ijuk. Kemudian air yang telah difilter dialirkan ke bak penampungan atau bak pencampuran. Bentuk bak penampungan dapat berbentuk persegi empat maupun silinder yang terbuat dari beton maupun ‘ferro cement’. Sedangkan ukuran bak ini tergantung kepada jumlah air yang dibutuhkan setiap hari.   
            Sebagai tempat pemeliharaan larva diperlukan suatu wadah khusus yang disebut bak pemeliharaan larva. Biasanya berbentuk segi empat atau silinder dengan kapasitas antara 1-10 m3. Untuk mempermudah pengeringan maupun pemanenan juvenil bak tersebut dilengkapi dengan pipa paralon (PVC).
Penggunaan salah satu dari bahan-bahan pembersih bak, memerlukan waktu perendaman sekitar 12-24 jam, atau sehari sebelum bak-bak tersebut digunakan. Untuk keperluan pembersihan bak-bak tersebut, dapat menggunakan salah satu dari bahan-bahan pembersih pada Tabel 1.
Bahan
Dosis
Formalin
0,25 - 0,5 %
CuSO4
5 – 10 ppm
Sodium hypochlorite (NaOCl)
10 – 150 ppm
Kaporit (CaOCl)
10 – 150 ppm
Malachite green
2 – 10 ppm
           
Selain dengan bahan tersebut desinfektan dapat digantikan dengan radiasi sinar Ultra Violet (UV). Namun bila dibandingkan dengan chlorinasi, penyinaran ini mempunyai resiko yang lebih besar yakni kerusakan yang ditimbulkan oleh sinar UV.
         Pada unit hatchery yang dekat pantai di mana air laut dapat langsung dipompakan ke dalam hatchery. Sebelum masuk reservoir air laut tersebut hendaknya melalui saringan biologik untuk menghilangkan organisme yang mungkin terikut. Air tawar terlebih dahulu dipanaskan dalam salah satu bak dengan suhu 45 50 0C, sedang air laut dilakukan chlorinasi pada bak tersendiri. Maksud pemanasan air, selain untuk sterilisasi juga untuk memelihara suhu kamar dan media larva.
            Air tawar kemudian dipompakan kedalam bak air laut yang memenuhi persyaratan, agar bisa bercampur untuk mendapatkan salinitas 10 12 promil sesuai yang diinginkan. Air siap untuk dialirkan ke dalam bak media larva
2.4. Penggantian Air
Untuk menjaga kondisi air tetap baik, penggantian air dilakukan setiap hari sebanyak 3/5 bagian. Tujuan dari penggantian air ini adalah untuk menghilangkan sisa pakan dan kotoran serta memperbarui kualitas air media. Penggantian air dilakukan pada sore hari setelah pakan buatan habis dikonsumsi larva (pukul 15.00). setelah selesai penggantian air, larva diberi pakan alami (naupli artemia).
Penggantian air dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, penggantian air melalui keran dengan saringan larva yang terletak di dalam bak pemeliharaan larva. Saringan tersebut dapat diganti dengan ukuran lain yang sesuai dengan ukuran larva. Kedua, penggantian air dengan menggunakan selang (sistem sifon). Pada cara ini, saringan yang digunakan tidak perlu diganti-ganti, yang penting larva tidak lolos dari saringan
2.5. Pemeliharaan Larva
setelah 1-2 hari dalam bak penetasan, larva dipindahkan ke dalam bak pemeliharaan yang telah dipersiapkan. Padat penebaran larva yang paling baik berkisar antara 100-150 ekor/liter.
            Pemeliharaan larva berakhir setelah larva bermetamorfosis menjadi pasca larva, yakni antara 21-35 hari. Perpanjangan waktu setelah 35 hari akan menambah hasil, namun bila dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan, perpanjangan waktu tersebut tidak efektif (tidak sesuai dengan biaya yang dikeluarkan). Selama pemeliharaan berlangsung kondisi suhu media harus selalu dijaga agar kondisinya optimum, yaitu 29-300 C. untuk menjaga kondisi tersebut dapat menggunakan heather yang diletakkan pada “buffer tank”.
            Selama pemeliharaan berlangsung tidak jarang dijumpai larva yang melompat ke dinding bak. Untuk mengatasi hal itu, aerasi harus dinaikkan kekuatannya.
            Selama pemeliharaan, perawatan, pemberian pakan dan penggantian air merupakan kegiatan rutin setiap hari yang harus diperhatikan dan ditangani secara seksama
2.6. Monitoring Pertumbuhan
Pertumbuhan larva sangat dipengaruhi oleh faktor suhu, media, jenis pakan, intensitas cahaya dan kualitas air. Dalam pertumbuhannya, udang galah mengalami 11 kali ganti kulit sebelum mencapai stadia benih (PL) (Uno dan Soo, 1969). Proses ganti kulit ini diperlukan, sebab kulit larva udang galah  mengandung zat tanduk (chitine) yang keras dan tak elastis. Keadaan ini akan membatasi pertumbuhan larva, sehingga tanpa ganti kulit tak mungkin larva akan  tumbuh.
Pengamatan stadia perlu dilakukan untuk mengetahui kemajuan  dari pertumbuhan larva. Pada setiap stadia tersebut terdapat perbedaan-perbedaan morfologis yang menandakan ciri khas dari setiap stadia.  Pengamatan stadia dapat dilakukan 2-3 kali dalam seminggu. Pengambilan sampel larva dilakukan secara acak (random), sehinggga diharapkan mewakili keadaan populasi larva.
Untuk memperoleh hasil pengamatan yang baik, jumlah larva yang diamati dalam suatu populasi sebaiknya lebih dari 50 ekor setiap kali  pengamatan
2.7. Manajemen Pakan Larva Udang Galah
manajemen pakan yang baik merupakan kunci utama dalam pembenihan udang galah. Selama pemeliharaan larva udang galah diberi pakan berupa naupli artemia dan pakan buatan. Kekurangan jumlah pakan akan menyebabkan larva lambat tumbuh dan terjadinya kanibalisme sesama larva. Sebaliknya pemberian pakan yang berlebih selain akan meningkatkan biaya produksi juga akan mengundang resiko penurunan kualitas media pemeliharaan yang memicu berkembangnya jasad patogen dan mengancam kegiatan pembenihan. Teknik pemberian pakan yang baik, waktu dan jumlah pemberian yang tepat serta komposisi nutrien yang seimbang tentunya akan menjamin keberhasilan selama pembenihan udang galah.
2.7.1. Kandungan Nutrisi Pakan
yang dimaksud dengan nutrisi (nutrition) adalah kandungan gizi yang dikandung pakan. Apabila pakan yang diberikan kepada udang pemeliharaan mempunyai kandungan nutrisi yang cukup tinggi, maka hal ini tidak saja akan menjamin hidup dan aktifitas udang, tetapi juga akan mempercepat pertumbuhannya. Oleh karena itu, pakan yang diberikan kepada udang selama dipelihara, tidak hanya sekedar cukup dan tepat waktu, tetapi juga pakan tersebut harus memilki kandungan gizi yang cukup. Bila udang mengkonsumsi pakan yang kandungan nutrisinya rendah, maka pertumbuhan terhambat, bahkan pada udang timbul gejala-gejala tertentu yang disebut kekurangan gizi (malnutrition).
            Banyaknya zat-zat gizi yang dibutuhkan ini di samping tergantung pada spesies udang, juga pada ukuran atau besarnya udang serta keadaan lingkungan tempat hidupnya. Nilai nutrisi (gizi) pakan pada umumnya dilihat dari kompisisi zat gizinya. Beberapa komponen nutrisi yang penting dan harus tersedia dalam pakan udang antara lain protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral.
2.7.2. Pemberian Pakan
          Larva yang baru menetas belum memerlukan makanan tambahan, karena masih terdapat persediaan makanan di dalam kuning telurnya. Setelah umur satu hari larva mulai memerlukan makanan tambahan. Makanan yang cocok untuk larva udang galah adalah naupli artemia. Karena disamping mempunyai kandungan protein yang tinggi, naupli tetap hidup dan berenang gerakannya agak lambat sehingga larva dapat menangkapnya.
2.7.3. Frekuensi Pemberian Pakan
          Selain makanan hidup larva juga diberi makanan buatan. Sebelum diberikan, makanan buatan harus disaring lebih dahulu dengan saringan yang berdiameter antara 0,5 -1,0 mm, sehingga makanan berbentuk butiran kecil. Makanan tersebut diberikan dengan frekuensi 5 kali sehari yaitu pukul 08.00; 10.00; 12.00; 14.00 dan 16.00. sebagai pedoman, dibawah ini diberikan dosis pemberian makanan setiap hari untuk setiap 5.000 ekor larva. Makanan diencerkan dahulu dalam ember dengan menggunakan air kurang lebih 5 liter lalu ditebarkan dalam bak dapat dilihat pada Tabel 2.
            Sedangkan naupli artemia diberikan setiap pukul 18.00 dengan dosis 1 gram telur yang telah ditetaskan di dalam 60 liter air, untuk setiap 10.000 ekor larva. Tabel 2. Jumlah makanan per hari yang dihubungkan dengan umur larva, untuk setiap 5.000 ekor
Umur (hari)
Jumlah makanan/hari/gram
0 – 3
1
4 – 6
3
7 – 10
5
11 – 14
7
15 – 18
8
19 – 22
9
23 – dst
10
        
2.7.4. Pakan Alami
            pakan alami yang terbaik untuk larva udang galah adalah naupli artemia. Namun yang menjadi kendala adalah artemia ini merupakan barang impor yang relative mahal harganya. Bahan yang diimpor berupa telur (cyst) yang dikemas dalam kaleng. Cara penggunaan cyst tersebut harus ditetaskan terlebih dahulu supaya menjadi naupli, kemudian ini diberikan pada larva.
            menyatakan bahwa penetasan kista artemia dilakukan dengan menggunakan bak-bak kerucut yang berisi air laut dan dipasok aerasi kuat pada tingkat 10 liter-20 liter per menit. Komposisi 5 gram kista artemia per liter sudah cukup untuk menetaskan kista tersebut. Untuk menghasilkan kuantitas maksimal dari nauplius perlu dilakukan decapsulasi. Perlakuan decapsulasi ini dimaksudkan untuk menipiskan kulit kista artemia, sehingga proses penetasannya lebih cepat. Bahan yang dipakai dalam proses decapsulasi bisa berupa larutan natrium hipoklorit (NaHOCl). Selain untuk menipiskan kulit kista, NaHOCl juga berfungsi sebagai disinfektan terhadap bakteri dan jamur pengganggu.
         Selama decapsulasi, telur yang semula berwarna coklat akan berubah menjadi putih, kemudian berubah lagi menjadi oranye. Setelah decapsulasi, telur itu dapat disimpan untuk ditetaskan atau bisa juga langsung diberikan sebagai pakan larva udang.
         Telur yang di decapsulasi dapat ditetaskan dalam bak berbentuk corong. Penetasan dilakukan pada suhu 280 C. Jangka waktu penetasan berkisar antara 24-28 jam. Bak penetasan ditutup supaya gelap dan diberi aerasi kuat. Agar artemia tumbuh dengan baik, sebaiknya padat penebarannya jangan terlalu tinggi, yaitu berkisar antara 10.000-15.000 ekor / liter air.
a. Penyediaan Pakan Alami
Naupli Artemia sp. merupakan pakan yang terbaik bagi larva udang galah. Disamping nilai nutrisinya yang tinggi, mudah dalam penyediaan dan penyimpanannya, juga memiliki ukuran yang sesuai untuk larva udang galah. Untuk mendapatkan naupli Artemia sp. dengan kualitas baik beberapa hal perlu diperhatikan, seperti kemasan produk dan daya tetas. Sterilisasi terhadap telur (cyst) Artemia sp. juga harus dilakukan untuk mengantisipasi masuknya jamur dan bakteri. Sterilisasi dilakukan dengan cara perendaman dalam larutan klorin. Untuk mengurangi kotoran dan cangkang telur Artemia sp., maka teknik pemanenan harus dilakukan dengan baik dan benar
b. Dosis Pakan Alami
pemberian pakan dilakukan setelah larva berumur 3 hari dengan frekuensi 2 kali sehari yaitu pagi dan sore hari. Untuk mengetahui jumlah sisa pakan Artemia sp. dalam bak pemeliharaan larva, maka sebelumnya diperiksa terlebih dahulu dengan cara mengambil air sampel media pemeliharaan larva dengan menggunakan gelas bening sehingga naupli Artemia sp. terlihat masih tersisa ataukah telah habis. Kebutuhan larva udang galah akan naupli Artemia sp. semakin meningkat seiring bertambahnya umur larva. Jumlah kebutuhan naupli Artemia sp. perharinya yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan larva udang galah. Tabel 3. Kebutuhan naupli Artemia sp. setiap ekor larva udang galah perhari.
Umur larva (hari)
Jumlah kebutuhan naupli Artemia sp.
/ekor larva / hari
3
5
4-6
10
7
15
8
20
9
25
10-11
30
12
35
13 – 14
40
15 – 24
45
25 – 30
50
30 (pascalarva)
45

c. Frekuensi dan Waktu Pemberian Pakan Alami
Pemberian pakan tidak langsung dilakukan pada saat selelah ditebar melainkan dua hari setelah penebaran. Pakan yang pertama kali diberikan adalah pakan alami yaitu berupa naupli artemia yang berumur 18 jam. Naupli artemia yang masih berumur 18 jam diberikan karena pada umur tersebut telur yang terdapat pada kista artemia masih belum habis. Pemberian pakan dilakukan secara ad libitum dua kali dalam sehari yaitu pada jam 11.00 dan 16.30 Pemberian artemia dilakukan secara langsung dengan cara menyebarnya secara merata pada permukaan air. Pemberian pakan alami dimaksudkan untuk menyesuaikan dengan ukuran bukaan mulut larva. Naupli artemia diberikan karena ukuranya yang kecil sehingga sangat sesuai untuk larva
2.7.5. Pakan Buatan
            menyatakan pakan buatan untuk larva udang galah  dibuat dalam bentuk basah dan kering. Pakan basah memiliki keunggulan dibanding pakan kering. Secara biologis, larva udang lebih menyukai pakan yang lunak daripada yang kering. Pakan berbentuk basah dapat dibuat dengan peralatan sederhana dan karena tidak dilakukan pemanasan dan pengeringan, sehingga dapat mencegah kehilangan gizi dalam pakan. Namun demikian, pakan berbentuk basah mudah rusak karena mikroorganisme. Untuk mencegah mikroorganisme perlu ditambahkan bahan pengawet. Pakan basah juga mudah teroksidasi, khususnya asam askorbat, kecuali bila disimpan dalam kondisi beku. Jaringan daging pada pakan yang basah (tidak dipanaskan) dapat mengandung enzim anti thiamin.
            Pakan dalam kondisi kering, selain tidak mudah teroksidasi dan dapat disimpan dalam waktu lama, pakan kering juga lebih tahan di dalam air. Namun demikian, pemberian pakan kering kepada larva udang perlu dilakukan secara bertahap. Larva udang lebih menyukai pakan basah, larva memakan jenis pakan lunak yang terdiri dari fitoplankton dan zooplankton sehingga pemberian pakan kering harus memerlukan waktu dan perlu kebiasaan.
            pakan buatan sebagai pakan tambahan perlu diberikan untuk melengkapi kebutuhan gizi bagi larva udang. Oleh karena pakan buatan berfungsi sebagai pakan pelengkap, maka komposisi bahan yang digunakan cukup bervariasi dan kandungan nutrisinya, terutama komponen protein, harus cukup tinggi kadarnya (54,9%).
a.   Persyaratan Bahan Pakan Buatan
            komposisi makanan pada label dapat dipakai sebagai acuan untuk pembuatan bahan makanan yang telah diramu dan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan gizi. Oleh karena itu penting untuk diperhatikan komposisi yang terdapat pada pakan buatan tersebut agar kebutuhan nutrisi yang diperlukan oleh larva dapat tercukupi.
bahan-bahan yang digunakan untuk pakan buatan atau cake meliputi tepung terigu, susu non fat, telur ayam/bebek, daging ikan gabus, Vit. B complex, Vit. A+D Plek, Antibiotik dan air.
b.  Dosis Pakan Buatan
Pakan buatan diberikan setelah larva memasuki stadium 7, berumur 9-10 hari. Adapun formulasi pakan buatan terdiri dari tepung terigu, susu bubuk, telur ayam, ikan gabus atau cumi-cumi dan vitamin (merek ”Scott Emulsion”). Ukuran dan dosis pakan harus disesuaikan dengan umur larva. Ukuran pakan yang sesuai dapat diperoleh dengan meggunakan saringan berukuran tertentu. Beberapa ukuran saringan dan dosis menurut umur larva dapat dilihat pada  Tabel 4.
Tabel 4. Dosis pemberian pakan dan ukuran saringan berdasarkan umur larva.
Umur larva (hari)
Ukuran mesh saringan (cm)
Dosis (mg/ekor/berat kering)
12
16
70
13
16
80-90
13-14
8
100-180
25-30
8
200
30
8
200

c.  Frekuensi dan Waktu Pemberian Pakan
            Setelah pakan buatan diberikan, maka frekuensi pemberian pakan ditingkatkan menjadi 5 kali sehari, yakni pada pukul 07.00 diberikan pakan berupa naupli Artemia sp; pukul 10.00 diberikan pakan buatan berupa egg custard; pukul 12.00 diberikan pakan berupa egg custard; pukul 14.00 diberikan pakan berupa egg custard dan pada pukul 16.00 setelah penyiponan diberikan pakan berupa naupli Artemia sp

DAFTAR PUSTAKA
Ali, F. 2009. Mendongkrak Produktifitas Udang Galah hingga 250%. Penebar Swadaya. Jakarta.
Amri,  K.,  dan Khairuman.   2004.  Budidaya Udang Galah Secara Intensif. AgroMedia Pustaka. Jakarta.
-------, K.,  dan  Khairuman.  2006.  Budidaya  Udang Galah Secara Intensif. Agromedia Pustaka. Depok.
Hadie, W. dan Supriatna. 1985.  Pengembangan  Udang  Galah Dalam Hatchery dan Budidaya. Kanisius. Yogyakarta.
--------, W.  dan  Hadie  Lies E.  2002.  Budidaya  Udang  Galah   GIMacro. Penebar Swadaya. Jakarta.
--------------------------------------. 1993. Pembenihan Udang Galah Usaha Industri Rumah Tangga. Kanisius. Yogyakarta.
 [01 Oktober 2011]
Kordi, Gufron. 2010. Pakan Udang Nutrisi-Formulasi-Pembuatan-Pemberian.  Akademia. Jakarta.
Maskur., S. H. Suprayitno dan D. Widagdo. 1986. Petunjuk Budidaya Udang Galah. Direktorat Jenderal Perikanan. BBAT Sukabumi.
Murtidjo, B.A. 1992.   Budidaya   Udang  Galah  Sistem  Monokultur.  Kanisius. Yogyakarta.

3 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Bosan tidak tahu mau mengerjakan apa pada saat santai, ayo segera uji keberuntungan kalian
    hanya di D*EW*A*P*K / pin bb D87604A1
    dengan hanya minimal deposit 10.000 kalian bisa memenangkan uang jutaan rupiah
    dapatkan juga bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% :)

    BalasHapus
  3. ingin mendapatkan uang banyak dengan cara cepat ayo segera bergabung dengan kami di f4n5p0k3r
    Promo Fans**poker saat ini :
    - Bonus Freechips 5.000 - 10.000 setiap hari (1 hari dibagikan 1 kali) hanya dengan minimal deposit 50.000 dan minimal deposit 100.000 ke atas
    - Bonus Cashback 0.5% dibagikan Setiap Senin
    - Bonus Referal 20% Seumur Hidup dibagikan Setiap Kamis
    Ayo di tunggu apa lagi Segera bergabung ya, di tunggu lo ^.^ingin mendapatkan uang banyak dengan cara cepat ayo segera bergabung dengan kami di f4n5p0k3r
    Promo Fans**poker saat ini :
    - Bonus Freechips 5.000 - 10.000 setiap hari (1 hari dibagikan 1 kali) hanya dengan minimal deposit 50.000 dan minimal deposit 100.000 ke atas
    - Bonus Cashback 0.5% dibagikan Setiap Senin
    - Bonus Referal 20% Seumur Hidup dibagikan Setiap Kamis
    Ayo di tunggu apa lagi Segera bergabung ya, di tunggu lo ^.^

    BalasHapus

 

Sample text

Sample Text

Sample Text